Tapaktuan (ANTARA Aceh) - Komandan Kodim 0107 Aceh Selatan, Letkol Inf Puguh Suwito SIP mengatakan, timbulnya aksi penculikan dan pembunuhan dua anggota unit intel Kodim Aceh Utara beberapa waktu lalu, tidak boleh mengganggu program ketahanan pangan yang saat ini sedang di jalankan oleh pihaknya bersama Pemerintah daerah dan Petani setempat.
“Timbulnya aksi pembunuhan anggota TNI itu tidak berpengaruh terhadap kondisi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas), khususnya program ketahanan pangan yang telah di canangkan oleh Presiden Jokowi, tetap berlanjut sampai tahun 2017,†katanya dalam jumpa pers dengan wartawan di Makodim setempat, Kamis (26/3).
Menurut Dandim, kejadian penculikan dan pembunuhan prajurit TNI itu, murni aksi kriminal sehingga proses penegakan hukum terhadap kasus itu harus di serahkan kepada aparat Kepolisian.
Letkol Puguh Suwito mengatakan, kelompok sipil bersenjata yang melakukan kejahatan itu, tidak memikirkan nasib dan kemajuan pembanguan Aceh ke depan. Padahal, ujarnya, kondisi Aceh saat ini sudah sangat aman, dimana masyarakatnya sudah bebas beraktivitas siang malam. Termasuk investor luar sudah mulai melirik Aceh sebagai tempat untuk menanamkan investasinya.
“Memang pasca kejadian itu, jajaran TNI di Aceh telah di instruksikan untuk meningkatkan kewaspadaan. Tapi, sekali lagi saya tegaskan bahwa, terkait program ketahanan pangan tidak berpengaruh dan harus tetap jalan sampai berhasil,†tegasnya.
Khusus di Kabupaten Aceh Selatan, kata Dandim, program ketahanan pangan dalam rangka mewujudkan Indonesia swasembada pangan mulai tahun 2015 ini, telah mulai di realisasikan oleh pihaknya bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Selatan.
Program itu, sebut Dandim, di antaranya adalah optimalisasi fasilitas irigasi 1.000 hektar serta di tambah optimalisasi lahan pertanian terlantar seluas 900 hakter di 18 Kecamatan seluruh Aceh Selatan.
“Dalam pelaksanaannya, TNI hanya mendorong dan mengawasi. Sedangkan anggarannya yang bersumber dari APBN, langsung di transfer oleh pihak Kementerian Pertanian ke masing-masing rekening kelompok tani,†sebut Dandim.
Dari langkah pendampingan awal yang di lakukan TNI melalui Bintara Pembina Desa (Babinsa), sambung Dandim, program peningkatan atau optimalisasi lahan pertanian itu sudah menunjukkan grafik peningkatan. Hal itu dapat dibuktikan, dengan semakin luasnya lahan-lahan sawah yang selama ini telantar, sudah mulai di garap oleh Petani di daerah itu.
“Memang dalam mendorong Petani supaya menggarap lahan telantar itu, TNI harus bersikap tegas. Yakni, langsung mengancam jika lahan telantar itu tidak digarap, maka TNI yang akan menggarap lahan tersebut. Cara ini kami nilai sangat efektif, karena sudah sangat luas lahan yang selama ini telantar mulai digarap kembali oleh Petani,†ujar Dandim.
Hanya saja, sambung Dandim, yang menjadi kendala saat ini adalah masyarakat Petani di Kabupaten Aceh Selatan mayoritasnya masih suka menanam Padi menggunakan pola lama dengan menggunakan bibit lokal. Padahal, kata Dandim, pola lama tersebut merugikan Petani karena masa panen mencapai 6 bulan atau hanya dua kali dalam setahun.
“Ketika kami tawarkan agar Petani segera beralih ke pola tanam Padi modern yakni sistem seri dan legowo, para Petani masih merasa tabu dan menolaknya karena khawatir akan gagal. Padahal pola modern tersebut kami yakini akan menguntungkan Petani dengan rentang waktu singkat serta hasil produksi melimpah,†paparnya.
Untuk menyiasati persoalan itu, pihak Kodim 0107 Aceh Selatan bersama Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh Selatan, terpaksa membuat demplot atau lahan uji coba menanam Padi dengan pola tanam seri dan legowo di masing-masing Kecamatan, dengan tujuan agar nantinya masyarakat Petani di daerah itu bisa melihat dan membandingkan hasil produksi Padi di lahan uji coba sistem seri dan legowo dengan produksi Padi di lahan milik Petani yang di tanam dengan pola lama.
Menyangkut dengan telah terjadinya aksi penculikan dan pembunuhan prajurit TNI di Aceh Utara, Dandim 0107 Aceh Selatan meminta kepada seluruh masyarakat Aceh Selatan, agar tidak mudah terpancing dan terprovokasi oleh ajakan atau pengaruh kelompok tertentu yang ingin mengacaukan situasi keamanan di Aceh.
Untuk menjaga situasi Aceh tetap kondusif, Dandim juga meminta kepada seluruh lapisan masyarakat agar membantu dan bekerja sama dengan aparat keamanan untuk bersama-sama menjaga dan mengawal daerah dari pengaruh kelompok pengacau.
“Jika ada oknum tertentu yang mencurigakan, segera laporkan kepada aparat keamanan. Sehingga upaya-upaya tindakan kriminal dapat di minimalisir,†pungkasnya.
“Timbulnya aksi pembunuhan anggota TNI itu tidak berpengaruh terhadap kondisi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas), khususnya program ketahanan pangan yang telah di canangkan oleh Presiden Jokowi, tetap berlanjut sampai tahun 2017,†katanya dalam jumpa pers dengan wartawan di Makodim setempat, Kamis (26/3).
Menurut Dandim, kejadian penculikan dan pembunuhan prajurit TNI itu, murni aksi kriminal sehingga proses penegakan hukum terhadap kasus itu harus di serahkan kepada aparat Kepolisian.
Letkol Puguh Suwito mengatakan, kelompok sipil bersenjata yang melakukan kejahatan itu, tidak memikirkan nasib dan kemajuan pembanguan Aceh ke depan. Padahal, ujarnya, kondisi Aceh saat ini sudah sangat aman, dimana masyarakatnya sudah bebas beraktivitas siang malam. Termasuk investor luar sudah mulai melirik Aceh sebagai tempat untuk menanamkan investasinya.
“Memang pasca kejadian itu, jajaran TNI di Aceh telah di instruksikan untuk meningkatkan kewaspadaan. Tapi, sekali lagi saya tegaskan bahwa, terkait program ketahanan pangan tidak berpengaruh dan harus tetap jalan sampai berhasil,†tegasnya.
Khusus di Kabupaten Aceh Selatan, kata Dandim, program ketahanan pangan dalam rangka mewujudkan Indonesia swasembada pangan mulai tahun 2015 ini, telah mulai di realisasikan oleh pihaknya bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Selatan.
Program itu, sebut Dandim, di antaranya adalah optimalisasi fasilitas irigasi 1.000 hektar serta di tambah optimalisasi lahan pertanian terlantar seluas 900 hakter di 18 Kecamatan seluruh Aceh Selatan.
“Dalam pelaksanaannya, TNI hanya mendorong dan mengawasi. Sedangkan anggarannya yang bersumber dari APBN, langsung di transfer oleh pihak Kementerian Pertanian ke masing-masing rekening kelompok tani,†sebut Dandim.
Dari langkah pendampingan awal yang di lakukan TNI melalui Bintara Pembina Desa (Babinsa), sambung Dandim, program peningkatan atau optimalisasi lahan pertanian itu sudah menunjukkan grafik peningkatan. Hal itu dapat dibuktikan, dengan semakin luasnya lahan-lahan sawah yang selama ini telantar, sudah mulai di garap oleh Petani di daerah itu.
“Memang dalam mendorong Petani supaya menggarap lahan telantar itu, TNI harus bersikap tegas. Yakni, langsung mengancam jika lahan telantar itu tidak digarap, maka TNI yang akan menggarap lahan tersebut. Cara ini kami nilai sangat efektif, karena sudah sangat luas lahan yang selama ini telantar mulai digarap kembali oleh Petani,†ujar Dandim.
Hanya saja, sambung Dandim, yang menjadi kendala saat ini adalah masyarakat Petani di Kabupaten Aceh Selatan mayoritasnya masih suka menanam Padi menggunakan pola lama dengan menggunakan bibit lokal. Padahal, kata Dandim, pola lama tersebut merugikan Petani karena masa panen mencapai 6 bulan atau hanya dua kali dalam setahun.
“Ketika kami tawarkan agar Petani segera beralih ke pola tanam Padi modern yakni sistem seri dan legowo, para Petani masih merasa tabu dan menolaknya karena khawatir akan gagal. Padahal pola modern tersebut kami yakini akan menguntungkan Petani dengan rentang waktu singkat serta hasil produksi melimpah,†paparnya.
Untuk menyiasati persoalan itu, pihak Kodim 0107 Aceh Selatan bersama Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh Selatan, terpaksa membuat demplot atau lahan uji coba menanam Padi dengan pola tanam seri dan legowo di masing-masing Kecamatan, dengan tujuan agar nantinya masyarakat Petani di daerah itu bisa melihat dan membandingkan hasil produksi Padi di lahan uji coba sistem seri dan legowo dengan produksi Padi di lahan milik Petani yang di tanam dengan pola lama.
Menyangkut dengan telah terjadinya aksi penculikan dan pembunuhan prajurit TNI di Aceh Utara, Dandim 0107 Aceh Selatan meminta kepada seluruh masyarakat Aceh Selatan, agar tidak mudah terpancing dan terprovokasi oleh ajakan atau pengaruh kelompok tertentu yang ingin mengacaukan situasi keamanan di Aceh.
Untuk menjaga situasi Aceh tetap kondusif, Dandim juga meminta kepada seluruh lapisan masyarakat agar membantu dan bekerja sama dengan aparat keamanan untuk bersama-sama menjaga dan mengawal daerah dari pengaruh kelompok pengacau.
“Jika ada oknum tertentu yang mencurigakan, segera laporkan kepada aparat keamanan. Sehingga upaya-upaya tindakan kriminal dapat di minimalisir,†pungkasnya.