Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan (Distanbunnak) Aceh Tamiang menargetkan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) setempat menanam satu tanaman langka yang bakal dijadikan ikon pada setiap kecamatan di wilayah tersebut.
"Artinya, saat ini tanaman langka itu belum dikembangkan. Tapi ke depan masing-masing BPP, mengembangkan tanaman langka di kampung (desa) di Aceh Tamiang," kata Kepala Distanbunnak Aceh Tamiang, Yunus di Kualasimpang, Selasa.
Ia mengatakan, pihaknya telah menampilkan beberapa contoh tanaman langka di Aceh Agro Expo 2019 yang digelar di Banda Aceh pekan lalu di antaranya rukam, nanam, renda, salak hutan, srikaya, buah nona, jeruk pamelo tamiang, dan sawo.
Berbagai tanaman langka tersebut, lanjut dia, terpampang di stan Aceh Tamiang bersama puluhan stan-stan lainnya yang mayoritas memamerkan hasil pertanian dari total 23 daerah di Aceh diselenggarakan mulai 15 hingga 17 November 2019.
"Kita berharap tanaman buah-buahan langka ini, bisa dikembangkan. Maka akan menjadi ikon BPP, sedangkan di masyarakat lewat kelompok tani setempat, kita juga sedang mengalakkan budi daya tanaman buah," katanya.
Ia mengaku, dari total 12 BPP di wilayah Aceh Tamiang di antaranya 11 BPP yang memiliki lahan bercocok tanam, dang satu BPP lagi tidak mempunyai lahan tanam-tanaman akibat berada di pusat Kota Kualasimpang.
"Kita harapkan tanaman langka ini akan 'booming' (populer) di Aceh, khususnya di Aceh Tamiang. Saya berkeyakinan ini menjadi trademark (merek dagang) Aceh Tamiang di pasaran," kata Yunus.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A Hanan pekan lalu menyatakan, pihaknya ingin mempromosikan produk hortikultura unggulan dari provinsi setempat sebagai upaya dalam membangun animo masyarakat untuk mengonsumsi produk lokal.
Ia mengaku, pihaknya menggelar promosi Aceh Agro Expo 2019 tersebut bertujuan untuk memperkenalkan secara luas perkembangan sektor pertanian, terutama tanaman pangan ke masyarakat luas.
"Kita ingin mempublikasikan, dan menggalakkan masyarakat Aceh untuk bisa mengonsumsikan buah lokal yang kemudian memberi nilai tambah kepada masyarakat kita," katanya.
Ia menyebut, kegiatan itu menghadirkan sebanyak 600 orang peserta yang meliputi pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) tingkah provinsi dan kabupaten/kota, serta pelaku pertanian di Aceh. Mereka memamerkan produk-produk hortikultura unggulan dari daerah masing-masing.
"Acara ini ada pameran yang diikuti dinas dalam ruang lingkung Kementerian Pertanian, pelaku pertanian, serta UKM atau pasar tani Aceh. Sosialisasi Konstratani, serta pelepasan petani milenial magang ke Songkla Thailand dan acara rembuk kontak tani," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Artinya, saat ini tanaman langka itu belum dikembangkan. Tapi ke depan masing-masing BPP, mengembangkan tanaman langka di kampung (desa) di Aceh Tamiang," kata Kepala Distanbunnak Aceh Tamiang, Yunus di Kualasimpang, Selasa.
Ia mengatakan, pihaknya telah menampilkan beberapa contoh tanaman langka di Aceh Agro Expo 2019 yang digelar di Banda Aceh pekan lalu di antaranya rukam, nanam, renda, salak hutan, srikaya, buah nona, jeruk pamelo tamiang, dan sawo.
Berbagai tanaman langka tersebut, lanjut dia, terpampang di stan Aceh Tamiang bersama puluhan stan-stan lainnya yang mayoritas memamerkan hasil pertanian dari total 23 daerah di Aceh diselenggarakan mulai 15 hingga 17 November 2019.
"Kita berharap tanaman buah-buahan langka ini, bisa dikembangkan. Maka akan menjadi ikon BPP, sedangkan di masyarakat lewat kelompok tani setempat, kita juga sedang mengalakkan budi daya tanaman buah," katanya.
Ia mengaku, dari total 12 BPP di wilayah Aceh Tamiang di antaranya 11 BPP yang memiliki lahan bercocok tanam, dang satu BPP lagi tidak mempunyai lahan tanam-tanaman akibat berada di pusat Kota Kualasimpang.
"Kita harapkan tanaman langka ini akan 'booming' (populer) di Aceh, khususnya di Aceh Tamiang. Saya berkeyakinan ini menjadi trademark (merek dagang) Aceh Tamiang di pasaran," kata Yunus.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A Hanan pekan lalu menyatakan, pihaknya ingin mempromosikan produk hortikultura unggulan dari provinsi setempat sebagai upaya dalam membangun animo masyarakat untuk mengonsumsi produk lokal.
Ia mengaku, pihaknya menggelar promosi Aceh Agro Expo 2019 tersebut bertujuan untuk memperkenalkan secara luas perkembangan sektor pertanian, terutama tanaman pangan ke masyarakat luas.
"Kita ingin mempublikasikan, dan menggalakkan masyarakat Aceh untuk bisa mengonsumsikan buah lokal yang kemudian memberi nilai tambah kepada masyarakat kita," katanya.
Ia menyebut, kegiatan itu menghadirkan sebanyak 600 orang peserta yang meliputi pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) tingkah provinsi dan kabupaten/kota, serta pelaku pertanian di Aceh. Mereka memamerkan produk-produk hortikultura unggulan dari daerah masing-masing.
"Acara ini ada pameran yang diikuti dinas dalam ruang lingkung Kementerian Pertanian, pelaku pertanian, serta UKM atau pasar tani Aceh. Sosialisasi Konstratani, serta pelepasan petani milenial magang ke Songkla Thailand dan acara rembuk kontak tani," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019