Kalangan korban konflik yang tersebar di seluruh Aceh membutuhkan bantuan ekonomi karena hidup mereka sekarang ini jauh jauh di bawah kehidupan layak, kata Ketua Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) Aceh Afridal.

"Kebanyakan korban konflik Aceh hidup tidak sejahtera atau miskin. Padahal sebelum konflik, mereka hidup berkecukupan," kata Afridal Darmi di Banda Aceh, Kamis.

Ia mengemukakan dari pengakuan korban konflik mereka jarang --bahkan ada -- yang sama sekali tidak pernah mendapat bantuan ekonomi.

Afridal menyebutkan kemiskinan para korban terjadi setelah kepala keluarga diculik orang tidak dikenal semasa konflik. Mereka terpaksa menjual harta benda mencari orang mereka cintai.

"Setelah mencari ke sana kemari, orang yang mereka cari pun tidak ditemukan, hingga akhirnya mereka bangkrut secara ekonomi. Ekonomi mereka tidak bisa bangkit karena kepala keluarga yang selama ini sebagai penopang tidak kunjung kembali," katanya.
 
Ironinya lagi, kata dia, setelah konflik berakhir mereka tidak tersentuh bantuan.

"Pendidikan anak-anak mereka telantar karena mereka secara ekonomi tidak mampu lagi," kata mantan Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh tersebut.

Afridal mengatakan para korban konflik tersebut hingga kini masih mencari di mana keberadaan keluarga mereka yang hilang semasa konflik. Kendati mereka menyadari orang yang mereka cintai meninggal dunia, mereka mencari untuk memastikan di mana kuburannya.

"Kami berharap pemerintah memberi perhatian kepada para korban konflik tersebut. Setidaknya, memberi bantuan menggerakkan ekonomi agar mereka tidak hidup digaris kemiskinan," demikian Afridal Darmi.
 

Pewarta: M.Haris Setiady Agus

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019