Sejumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Pase Langsa di Aceh, mengubah mindset atau pola pikir dunia bisnis modern menghadapi era revolusi industri 4.0 yang menggabungkan teknologi cyber dan teknologi otomatisasi dewasa ini.

"Kita hanya ingin membuka pikiran masyarakat sesuai dengan tema yang kami bawa, yaitu 'perubahan paradigma dalam dunia bisnis modern untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0'," kata Rafiah, tim pengabdian masyarakat STIM Pase Langsa di Kompleks PT Pertamina EP Rantau Field, Aceh Tamiang, Kamis.

Materi tersebut disampaikan mahasiswa STIM Pase di pelatihan pembina pramuka yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) setempat, dihadiri puluhan peserta rata-rata kepala sekolah mulai tingkat SD dan SMP se-Aceh Tamiang.

Kini, lanjut dia, sudah merupakan eranya digital yang mengakibatkan seseorang lebih mudah dalam melakukan aktivitas bisnis atau berwirausaha sebagai tuntutan zaman.

Dalam rangka revolusi industri disebut "four point zero", lanjutnya, maka peserta kepala sekolah harus bisa mencetak siswa/siswinya agar mampu bersaing dalam menghadapi penerapan konsep otomatisasi dilakukan oleh teknologi tanpa memerlukan tenaga kerja manusia.

"Yang biasanya dilakukan masyarakat, bila ingin berwirausaha harus membuka kios, warung, dan sejenisnya. Ini, menjadi tidak perlu di era revolusi industri 4.0," tegas mahasiswi yang duduk di semester VII ini.

Ia menyebut, dunia bisnis dan kewirausahaan khususnya industri dan manufaktur di banyak negara terutama yang sudah maju telah mempersiapkan dan menerapkan era revolusi industri 4.0.

Pemahaman skill atau keterampilan tentang bisnis dan wirausaha yang mengaplikasikan revolusi industri 4.0 dianggap penting untuk ditanamkan bagi semua kalangan masyarakat sejak dini.

"Bahwa kami dari mahasiswa STIM Pase menyampaikan materi wirausaha ke ibu dan bapak kepala sekolah yang ada di sini untuk merubah mindset, agar membuka pikiran para siswa/siswi di sekolah bahwa kewirausahaan itu tidak dalam arti sempit," ungkap Rafiah.

Kegiatan pengabdian masyarakat melalui mahasiswa STIM Pase Langsa tersebut dibimbing oleh tiga dosen, yakni Yulina, Krisniawati, dan M Zulkarnain.

Yulina, salah satu dosen pendamping menuturkan, inti dari kegiatan mahasiswanya ingin membuka wawasan dengan memberi ketrampilan pengetahuan kepala para peserta supaya mengubah mindset masyarakat agar jangan berpikiran membuka usaha orietasinya cuma pakai duit.

"Kita mengakui bahwa wirausaha tersebut, perlu modal yang besar. Tetapi sebenarnya kita bisa membaca peluang dan ide, itu bisa dijadikan suatu nilai untuk berwirausaha," ujarnya.

Ia mengungkapkan, fokus materi diberikan mahasiswanya dengan bahasa sederhana agar bisa sampai ke tengah masyarakat, dan harus tahu bahwa wirausaha itu bukan hanya di level tingkat usia atas yang dituntut. Namun mulai dari tingkat PAUD harus digerakkan pola pikir kewirausahaan.

Melalui kegiatan pengabdian masyarakat di Aceh Tamiang ini, beberapa mahasiswa STIM Pase juga berkesempatan mengenalkan produk hasil karya mahasiswi berupa pengharum ruangan dari daun pandan diberi nama "khas mediana", dan produk bawang hitam "omah" berkhasiat mengobati segala macam penyakit, seperti diabetes, darah tinggi, kolesterol, dan asam urat.

"Sebelumya mahasiswa STIM Pase juga melakukan kegiatan yang sama di Asrama Sub Denpom IM/1-2 Langsa tentang bagaimana menciptakan skill kewirausahaan dengan sasaran ibu rumah tangga khususnya kepada ibu Persit di Gampong Alur Buaya, Kota Langsa," terang Yulina.

Plh Kabid Pariwisata Disparpora Aceh Tamiang, M Iskandar, mengatakan, materi wirausaha yang disampaikan mahasiswa STIM Pase merupakan bentuk kerjasama dengan pihaknya dan kepramukaan untuk membentuk jiwa patriot.

"Melalui ajang ini sangat tepat diisi dengan materi kewirausahaan, karena sasarannya ke anak didik melalui seluruh kepala sekolah. Sebaliknya, kita juga ingin menyalurkan jiwa patriot kepada para mahasiswa," katanya.
 

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019