Pemerintah Iran pada Sabtu mengaku tidak sengaja menembak jatuh pesawat Ukraina karena kesalahan pasukan keamanannya (human error) yang mengakibatkan 176 penumpang tewas.

Pengakuan itu disampaikan oleh Presiden Iran Hassan Rouhani dan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif melalui akun resmi media sosial Twitter. Sebelumnya, Pemerintah Iran sempat menyanggah pihaknya menembak jatuh pesawat itu pascaserangan rudal ke basis militer Amerika Serikat di Irak.

Baca juga: AS tuduh pesawat Ukraina ditembak Iran

Pesawat Boeing 737-800 milik maskapai Ukraine International Airlines jatuh pada Rabu (8/1) setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini, Teheran. Jatuhnya pesawat membuat tekanan dunia internasional ke Iran meningkat setelah aksi saling balas negara itu dengan AS. Sebelumnya pada 3 Januari, serangan udara militer AS menewaskan pemimpin Korps Garda Revolusi Islam (IGRC) Iran, Qassem Soleimani, di Baghdad.

Pemerintah AS dan Pemerintah Kanada yang 57 warganya merupakan penumpang pesawat itu menyalahkan Iran atas insiden tersebut. Pihak Ottawa mengirim pesan ke Iran: "dunia sedang mengawasi".

Baca juga: Iran tolak serahkan kotak hitam pesawat Ukraina

Presiden Iran Hassan Rouhani dalam akun Twitter resmi @HassanRouhani menyampaikan Republik Islam Iran menyesalkan kesalahan fatal menembak pesawat Ukraina. "Pikiran dan doa saya tertuju untuk para keluarga yang berduka. Saya menyampaikan duka cita yang terdalam," kata Hassan Rouhani.
 
Dalam rangkaian cuitannya yang diunggah pada Sabtu, Rouhani menjelaskan penyelidikan internal Angkatan Darat Iran menemukan bahwa rudal yang ditembakkan hingga meledakkan pesawat Ukraina itu merupakan kesalahan fatal pasukan keamanannya. "Penyelidikan lebih lanjut akan terus dilakukan untuk memetakan dan menghukum (mereka yang bertanggung jawab) dari tragedi dan kesalahan tidak termaafkan ini," tambah Rouhani.
 

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan hasil penyelidikan angkatan darat negaranya menunjukkan jatuhnya pesawat merupakan "human error" di tengah krisis "adventurisme" Amerika Serikat.

Terkait dengan itu, penyataan militer Iran mengumumkan serangan rudal telah menembak jatuh pesawat. Militer Iran pun menyampaikan bela sungkawa kepada korban dan lanjut menjelaskan pesawat itu terbang di wilayah udara dekat pangkalan militer milik Korps Garda Revolusi Islam.

Militer Iran memastikan mereka yang bersalah akan dihukum lewat pengadilan militer.

Sebelumnya, sebuah rekaman video yang diunggah di Twitter oleh sejumlah warga Iran menunjukkan kejadian setelah pesawat jatuh dan terbakar. Otoritas terkait mengatakan pada Kamis pihaknya akan mengunduh informasi suara dan rekam jejak terbang dari kotak hitam untuk mengetahui sebab insiden tersebut. Proses itu diperkirakan akan berlangsung selama dua bulan.

Teheran juga menyampaikan pihaknya akan meminta bantuan dari Rusia, Kanada, Prancis atau Ukraina untuk menyelidiki insiden yang kemungkinan dapat berjalan sampai dua tahun.

Sebagian besar korban jatuhnya pesawat adalah rakyat Iran dengan kewarganegaraan ganda. Pemerintah Iran sempat menyanggah tuduhan bahwa rudalnya bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut. Pihak Teheran sempat menyebut klaim tersebut sebagai "perang psikologis".

Pascainsiden, banyak warga Iran yang mengunggah foto sisa ledakan. Di antaranya, sebuah sepatu berwarna merah milik anak-anak tertimbun di reruntuhan, serta gambar seorang ibu dan anak di kursi pesawat yang diambil sebelum pesawat lepas landas. "Mengapa pesawat sipil tetap memilih terbang dari bandara Teheran di tengah kondisi (krisis) ini?", tanya seorang pengguna Twitter, Shiva Balaghi.

Setelah insiden itu, Pemerintah Ukraina menyelidiki sejumlah kemungkinan yang menyebabkan pesawat jatuh, s di antaranya serangan dari rudal buatan Rusia, ledakan mesin pesawat, atau aksi terorisme.

Sumber: Reuters

Pewarta: Genta Tenri Mawangi

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020