Meulaboh, 20/8 (Antaraaceh) - Berbagai hasil produksi pertanian masyarakat petani di kawasan Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, tidak dapat dipasarkan karena terkendala akses jalan, sehingga membuat tertekannya perekonomian masyarakat di daerah terisolir itu.
Camat Pante Ceureumen Maimun di Meulaboh, Rabu mengatakan, mayoritas masyarakat di kawasan itu merupakan petani palawija seperti kacang tanah dan sayuran, akan tetapi tidak dapat menikmati hasilnya bernilai rupiah karena sulit untuk dipasarkan.
"Kalau perekonomian di sana pertanian, cuma kita sayangkan hasil pertanian harus mereka pasarkan menggunakan jalur sungai dengan rakit kayu. Jadi kalau mereka bawa hasil kacang terendam, begitu mendarat mereka harus menjemur lagi tidak bisa langsung dijual karena basah," katanya.
Maimun menyebutkan, kawasan yang sama sekali belum mengecapi rasa kemerdakaan adalah Desa Sikundo yang berjarak sekitar 15 kilometer dari ibu kota kecamatan, untuk kesana harus mengarungi sungai, melewati perbukitan dan tidak terjangkau arus listrik.
Selain itu, ada masyarakat di kawasan Kreung Meulaboh yang mana mayoritas masyarakat setempat adalah korban relokasi pada saat konflik Aceh, namun pemerintah sudah berhasil membebaskan mereka dari terisolasi dengan adanya jalan darat sekitar 8,5 Km.
Kata Maimun, salah satu solusi yang dapat ditempuh adalah dengan memanfaatkan kawasan pedalaman tersebut sebagai lokasi objek wisata alami, seperti membuat arung jeram dan lokasi wisata cagar alam.
"Kalau dengan dana APBK dan APBA saja tidak akan mampu, namun harus bantuan pemerintah pusat, karena apabila sudah menjadi kawasan wisata pastinya akan ada cara cepat untuk memikirkan akses transportasi," imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakan, selain memiliki kaindahan alam yang alami Kecamatan Pante Ceureumen juga merupakan salah satu sentra produksi kacang tanah, kedelai untuk kawasan Aceh Barat dan sekitarnya, meskipun produksi terbatas namun tetap saja masuk kepasar.
Maimun menyebutkan, di kawasan itu juga tumbuh secara alami pohon buah-buahan seperti salak, meskipun tidak disemai pohonnya tumbuh sendiri karena suburnya lahan akan tetapi tidak ada masyarakat yang tertarik mengembangkan usaha itu karena sulit dipasarkan.
Kemudian di sepanjang sungai kawasan itu terdapat berbagai jenis ikan sungai yang bernilai ekonomis juga menjadi mata pencaharian masyarakat setempat, dari hasil tangkapan mereka terkadang dijemur setelah kering baru dibawa kepasar dalam bentuk ikan asin.
"Kalau kita lihat sudah 69 tahun Indonesia merdeka, rakyat di sana belum dapat merasakan sebagaimana masyarakat tingal didaerah maju, karena itu dari kecamatan kita terus mengajukan program-program pembangunan untuk disana," katanya menambahkan.

Pewarta:

Editor : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014