Oleh : Azhari

Banda Aceh, 11/9 (Antaraaceh) -  Aceh,  salah satu dari sepuluh provinsi di Indonesia menjadi bagian dari  program Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) atau Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand.

IMT-GT yang bermula sejak 1991 dan diresmikan pada pertemuan di Langkawi pada Juli 1993 itu dengan tujuan untuk mengusahakan kompleksitas sumber daya yang dimiliki ketiga negara anggota.

Kerja sama di berbagai jenis usaha itu diharapkan akan mendorong dan memperluas kerja sama misalnya bidang industri, pariwisata, pertanian, dan perdagangan antarpropinsi ditiga negara bertetangga tersebut.

Aceh, provinsi ujung paling barat Indonesia itu memiliki potensi sumber daya agrobisnis yang besar untuk industri seperti pala, nilam, kelapa sawit, karet, coklat, dan kopi selain perikanan dan pertanian.

Selain itu, keindahan alam dan keanekaragaman budaya masyarakat Aceh juga menjadi potensi besar untuk sektor pariwisata. Bidang pariwisata, Aceh juga menyimpan cukup banyak situs sejarah peradaban masa lalu, selain yang terbaru berupa situs tsunami.

Semua potensi yang dimiliki  itu tentunya akan menjadi daya pikat  orang untuk datang melancong selain berinvestasi di Aceh.

Oleh karena itu, Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengharapkan agar potensi yang dimiliki tersebut, daerahnya dapat  mengambil peran penting dalam kerja sama regional di berbagai bidang bisnis.

"Aceh juga diharapkan dapat mengambil peran penting dalam kerja sama regional terutama melalui forum IMT-GT di berbagai bidang. Saya juga berterima kasih  kepada Pemerintah Pusat  yang telah mempercayai Aceh sebagai tuan rumah kegiatan  IMT-GT," katanya menjelaskan.

Pemerintah Aceh dan pihak-pihak  terkait seperti  keamanan, BPKS, BUMN, perhotelan, pengusaha  sangat mendukung kegiatan bisnis tersebut.

Gubernur juga berterima kasih atas kesepakatan  Thailand dan Malaysia yang memberi kesempatan kepada Aceh untuk memasukkan dua inisiasi baru (new initiatives) yaitu potential reverse investment of Aceh.

Dua inisiasi baru itu yakni  kerja sama antara Aceh dan Malaysia di sektor perdagangan agro-industri, pembangunan pabrik pakan ternak, dan pendirian agro-bazar produk Malaysia di Banda Aceh.

Proyek lainnya yang ditawarkan oleh pemerintah Aceh yaitu peningkatan air connectivity (Phuket-Krabi-Sabang) dan Roro services untuk jaluar pelabuhan Ranong-Phuket-Sabang/Malahayati dan Krueng Geukeuh-Penang/Port Klang.

Aceh mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah penyelenggaraan forum IMT-GT dan 20 tahun pertemuan para menteri (Ministerial Meeting), 21 tahun pertemuan para pejabat senior-Senior Official Meeting (SOM) serta 11 tahun pertemuan para Gubernur-chief Minister and Governor Forum and Related Meetings.

Sementara itu Wali Kota Sabang Zulkifli H Adam mengharapkan forum Joint Business Council (JBC) dapat mendorong inisiatif bisnis di antara negara anggota IMT-GT.

"Harapan saya melalui forum JBC in dapat mendorong inisiatif bisnis di antara negara anggota guna meningkatkan perekonomian dan pembangunan di wilayah IMT-GT," katanya menjelaskan.

Pertemuan JBC di Kota Banda Aceh itu diikuti lebih dari 98 pengusaha dari Indonesia, Malaysia dan Thailand yang bergerak di berbagai bidang usaha, mulai 11 hingga 14 September 2014.

Zulkifli juga mengatakan pentingnya penguatan daya saing melalui peningkatan kualitas produk terutama dalam menghadapi masyarakat ekonomi Asean 2015.

Khusus untuk Sabang, wali kota menjelaskan potensi daerahnya sebagai tujuan wisata sangat strategis dan diimbau  seluruh pemangku kepentingan yang terlibat untuk mendukung Sabang agar berkembang dan maju ke depannya sebagai destinasi utama wisata dunia.

Dalam forum JBC itu dilakukan penandatanganan dua nota kesepahaman bersama (MoU) antara Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) dengan PT Arthama Mulia Sejatera bidang perhotelan dan  BPKS-PT Dayamas Surya Pratama, kerja sama terkait Solar Energy.

Pada pertemuan tersebut,  para pengusaha Aceh memberikan banyak inisiatif baru terkait proyek-proyek konektivitas dan pariwisata serta perdagangan dan investasi. Hal tersebut merupakan kemajuan positif dalam forum JBC karena JBC Indonesia tidak hadir dalam tiga pertemuan sebelumnya.

Rute pariwisata

Inisiatif itu antara lain terkait, pembukaan rute pariwisata Langkawi-Krabi-Sabang.Pengembangan konektivitas seperti penerbangan Phuket-Krabi-Sabang, Roro Ranong-Phuket-Sabang/Malahayati dan Roro Krueng Geukueh-Penang/Port Klang, serta, kerja sama investasi dan perdagangan seperti promosi produk Essential Oil Aceh.

Selain itu, juga disebutkan inisiatif proyek dalam reformasi logistik melalui survey IT berbasis kontainer yang diharapkan proyek tersebut dapat mengurang biaya logistik pelabuhan, dan akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sementara JBC Malaysia mengangkat isu proyek IMT-GT yakni koridor karet yang diharapkan dapat menciptakan keuntungan bersama dan kesempatan bisnis baik bagi pihak swasta maupun perusahaan kecil lokal di masing-masing negara anggota.

Proyek tersebut akan mencakup pengembangan mulai dari pembibitan pohon hingga proses akhir produk karet. Guna mempercepat realisasi kerja sama, JBC Indonesia mengusulkan untuk mengadakan pertemuan khusus antara JBC dengan asosiasi pengusaha karet di masing-masing negara, Indonesia, Malaysia dan Thailand.

Kepala Badan  Investasi dan Promosi Aceh Iskandar, mengharapkan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) agar lebih gencar mempromosikan potensi bisnis di kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas Sabang terutama ke Thailand.

"Yang perlu dan diharapkan oleh Thailand khususnya itu adalah BPKS harus lebih gencar mempromosikan potensi bisnis kawasan Sabang. Makanya Sabang harus bergerak lebih cepat," katanya.

Iskandar menjelaskan, yang penting dalam forum JBC tersebut harus fokus dan prioritas namun jangan terlampau luas tapi tidak ada keputusan. Harapannya adalah dari forum itu bisa menghasilkan manfaat bagi daerah peserta IMT-GT.

Khusus untuk Sabang, Iskandar menjelaskan fokus kerja sama bagaimana bisa terhubung antara Sabang-Banda Aceh dengan Thailand dan Malaysia untuk membawa barang-barang komoditas pertanian di provinsi ini.

Isu utama yang juga penting bagi Aceh, Iskandar menjelaskan seperti peningkatan konektivitas di laut Andaman, Sabang sebagai New Maritime Hub, mengusulkan Banda Aceh sebagai Green City Innitatives.

Selain juga dalam forum JBC itu, kata dia yakni terkoneksinya jalur langsung tiga wilayah yang berdampak pada pertumbuhan pariwisata, produksi dan infrastruktur. Bidang produksi bisa membawa barang-barang pertanian misalnya dari daratan Aceh ke Sabang, kemudian ke Phuket (Thailand) atau Malaysia.

Kemudian, Iskandar menjelaskan sebuah kemajuan dalam pertemuan JBC yakni ditandatangani MoU untuk pendirian hotel berbintang di kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas Sabang.

"Kalau hotel yang refresentatif telah berdiri di Sabang dengan fasilitas memadai, maka dipastikan berdampak meningkatnya kunjungan wisatawan dimasa mendatang," katanya menjelaskan.

Sementara itu, Ketua JBC Thalaind Wariya Pisunchpen menilai Aceh memiliki potensi yang cukup besar baik sektor pariwisata, pertanian dan perikanan namun diperlukan peran aktif pemerintah dan masyarakat untuk menggali potensi tersebut.

Namun, kata dia, potensi besar yang dimiliki provinsi ujung paling barat Indonesia itu perlu dukungan dari berbagai pihak, termasuk media massa melalui pemberitaan yang positif tentang Aceh.

Sedangkan Ketua JBC IMT-GT Malaysia Datok Fauzi Naim, menjelaskan melalui forum tersebut diharapkan dapat membina perekonomian dari pengusaha-pengusaha lokal untuk memberdayakan SDM.

"Tujuan yang diharapkan dari IMT-GT itu sendiri adalah untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan memajukan daerah. Indonesia masih punya daerah yang luas untuk melakukan investasi," kata dia menjelaskan.

Dan Aceh,  merupakan salah satu provinsi yang menjanjikan bagi investor untuk menanamkan investasinya. Semua itu akan terwujud, namun  tergantung kepada masyarakat Aceh, apakah mau maju atau tidak, demikian kata pengusaha Malaysia itu.

Pewarta:

Editor : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014