Aceh Jaya terus berbenah, baik di bidang sarana dan prasarana. Termasuk bidang pariwisata, destinasi baru terus bermunculan. Terbaru, destinasi wisata hutan mangrove hadir memanjakan pelancong di kawasan pantai barat selatan Aceh tersebut.
Kehadiran wisata hutan bakau atau manggrove tersebut dipelopori pemuda di Desa Gampong Baro Sayeng, Kecamatan Setia Bakti, Kabupaten Aceh Jaya. Lokasi ini cocok untuk berswafoto ria.
"Kami mulai mengembangkan ekowisata mangrove ini sejak 2017, Hingga kini masih terus dikembangkan, Ketua Ekowisata Mangrove Aceh Jaya Abdul Hadi di Aceh Jaya, Jumat.
Abdul Hadi mengatakan pihaknya mendapat dana dari pusat mengembangkan ekowisata mangrove tersebut, mulai pembangunan tempat penyemaian bibit hingga trek atau jalur pejalan kaki.
"Kami mendapat bantuan dari KKP sebesar Rp1,1 miliar untuk pembangunan trek pada 2020. Kami juga sudah usulkan kembali lanjutan pembangunan trek sepanjang 500 meter pada tahun ini," kata Abdul Hadi.
Abdul Hadi mengatakan biaya masuk ke hutan mangrove tersebut Rp5.000 per orang. Biaya tersebut sudah termasuk tempat parkir kendaraan bermotor. Pengutipan biaya tersebut mulai berlaku Sabtu mendatang.
"Kami terus membenahi ekowisata hutan mangrove ini. Semua ini bisa terwujud berkat kerja sama semua pihak. Tanpa kerja sama dan bantuan semua pihak," kata Abdul Hadi.
Bupati Aceh Jaya T Irfan TB menyambut baik hadirnya destinasi wisata hutan manggrove di Gampong Baroe Sayeung. Aceh Jaya kabupaten kedua setelah Aceh Singkil memiliki wisata mangrove di pantai barat selatan Aceh.
"Potensinya sangat mendukung. Apalagi wisata hutan mangrove Aceh Jaya ini berada di pinggi jalan nasional lintas pantai barat selatan Aceh," kata T Irfan TB.
Bupati mengingatkan pengelolaan hutan wisata ini mengedepankan kearifan lokal serta tidak mengabaikan penerapan syariat Islam. Tidak hanya di wisata hutan mangrove, tetapi juga destinasi wisata lainnya di Aceh Jaya.
"Kami prioritaskan pengembangan pariwisata di Aceh Jaya. Sektor pariwisata mampu menggerakkan perekonomian masyarakat," pungkas Bupati Aceh Jaya T Irfan TB.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
Kehadiran wisata hutan bakau atau manggrove tersebut dipelopori pemuda di Desa Gampong Baro Sayeng, Kecamatan Setia Bakti, Kabupaten Aceh Jaya. Lokasi ini cocok untuk berswafoto ria.
"Kami mulai mengembangkan ekowisata mangrove ini sejak 2017, Hingga kini masih terus dikembangkan, Ketua Ekowisata Mangrove Aceh Jaya Abdul Hadi di Aceh Jaya, Jumat.
Abdul Hadi mengatakan pihaknya mendapat dana dari pusat mengembangkan ekowisata mangrove tersebut, mulai pembangunan tempat penyemaian bibit hingga trek atau jalur pejalan kaki.
"Kami mendapat bantuan dari KKP sebesar Rp1,1 miliar untuk pembangunan trek pada 2020. Kami juga sudah usulkan kembali lanjutan pembangunan trek sepanjang 500 meter pada tahun ini," kata Abdul Hadi.
Abdul Hadi mengatakan biaya masuk ke hutan mangrove tersebut Rp5.000 per orang. Biaya tersebut sudah termasuk tempat parkir kendaraan bermotor. Pengutipan biaya tersebut mulai berlaku Sabtu mendatang.
"Kami terus membenahi ekowisata hutan mangrove ini. Semua ini bisa terwujud berkat kerja sama semua pihak. Tanpa kerja sama dan bantuan semua pihak," kata Abdul Hadi.
Bupati Aceh Jaya T Irfan TB menyambut baik hadirnya destinasi wisata hutan manggrove di Gampong Baroe Sayeung. Aceh Jaya kabupaten kedua setelah Aceh Singkil memiliki wisata mangrove di pantai barat selatan Aceh.
"Potensinya sangat mendukung. Apalagi wisata hutan mangrove Aceh Jaya ini berada di pinggi jalan nasional lintas pantai barat selatan Aceh," kata T Irfan TB.
Bupati mengingatkan pengelolaan hutan wisata ini mengedepankan kearifan lokal serta tidak mengabaikan penerapan syariat Islam. Tidak hanya di wisata hutan mangrove, tetapi juga destinasi wisata lainnya di Aceh Jaya.
"Kami prioritaskan pengembangan pariwisata di Aceh Jaya. Sektor pariwisata mampu menggerakkan perekonomian masyarakat," pungkas Bupati Aceh Jaya T Irfan TB.
Editor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021