Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Prof Syahrizal Abbas menyatakan program yang dicanangkan Pemerintah Aceh, yakni Bersih, Rapi, Estetis, dan Hijau (BEREH) merupakan bagian dari ajaran Al Quran dan Sunnah.
“Memberi makan kepada orang berbuka puasa, memberi sedekah, dan membersihkan lingkungan sehingga terlihat Bersih, Rapi, Estetis, dan Hijau (BEREH) itu sebenarnya ajaran Al Quran dan Sunnah,” katanya, di Takengon, Sabtu malam.
Pernyataan itu disampaikannya di sela menjadi penceramah Safari Ramadhan Dinas Pendidikan Aceh, di Masjid Al-Muhajirin, Gampong Paya Tumpi, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah.
Dalam kegiatan yang dipimpin Kepala Dinas Pendidikan Aceh Alhudri mengajak jamaah untuk senantiasa memanfaatkan bulan Ramadhan dengan penuh ibadah, seperti shalat fardhu, shalat sunnah, zikir, berdoa, dan iktikaf yang merupakan ibadah mahzah atau ibadah yang berhubungan langsung dengan Allah SWT.
Ia mengatakan ibadah ghairu mahzah juga tidak boleh ditinggalkan, karena ibadah tersebut menyangkut dengan kehidupan orang lain, kehidupan masyarakat, dan kehidupan publik, untuk saling membantu, mengingatkan dan saling mendorong kepada kebaikan, itu semuanya juga ibadah.
“Jadi jangan hanya ibadah mahzah semata di bulan Ramadhan, tapi ibadah ghairu mahzah pun juga harus lebih banyak dilakukan,” katanya pula.
Dalam firman Allah, kata Syahrizal, sesungguhnya Allah SWT itu cinta kepada orang yang taubat dan orang yang bersih dan suci.
“Jika mau dekat dengan Allah, berkomunikasi dengan Allah, maka syaratnya harus bersih. Bersih pakaian, bukan berarti harus pakaian mahal, bersih tempat tidur bukan berarti harus luar biasa seperti tempat tidur raja,” katanya pula.
Kemudian hijau, juga merupakan ajaran Al Quran, dalam firmannya Allah SWT memerintahkan kepada kita agar tidak membuat kerusakan di muka bumi dengan eksploitasi besar-besaran, tebang hutan besar-besaran, sehingga alam menjadi gersang.
“Konsep bersih, rapi, estetik, dan hijau adalah nilai ajaran syariah dan itu adalah ciri orang yang bertakwa,” demikian Prof Syahrizal.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021