Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro mengatakan kerja sama antara UI, pemerintah, dan industri sangat dibutuhkan dalam rangka membangun ekosistem industri mobil listrik nasional.

"Kerja sama penting untuk memahami pergeseran industri otomotif dunia, dari industri berbasis bahan bakar fossil menjadi industri kendaraan berbahan dasar listrik (electric vehicle/EV)," kata Ari Kuncoro dalam keteranganannya di Depok, Sabtu.

UI telah memperkuat kerja sama dengan Kementerian Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terkait pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Ruang lingkup kerja sama ini meliputi program magang dan beasiswa antar kedua lembaga, kolaborasi riset, penyelenggaraan seminar bersama, dan bentuk-bentuk potensi kerja sama lainnya.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa salah satu visi besar Presiden Joko Widodo yaitu mewujudkan transformasi ekonomi. Salah satu upayanya melalui hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah.

Saat ini industri hilirisasi yang sedang dikembangkan pemerintah adalah baterai untuk kendaraan listrik yang dapat memenuhi pasar otomotif dunia.

Pada tahun 2030, sebanyak 70 persen bahan bakar kendaraan sudah beralih dari fosil menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT). Dalam hal ini, Indonesia beruntung karena memiliki cadangan sumber daya alam nikel sebesar 25 persen dari total cadangan di seluruh dunia.

"Indonesia menurut saya sudah saatnya untuk keluar menjadi pemain terbesar dunia, sehingga dunia mengenal Indonesia bukan hanya sekedar Bali, yaitu pariwisatanya. Tapi dunia harus mengenal Indonesia sebagai negara industrialis yang menghasilkan baterai modern," katanya.

Komisaris Utama PT Industri Baterai Indonesia Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan kendaraan listrik akan mendominasi permintaan pasar otomotif pada tahun 2040.

Seiring dengan hal ini, permintaan akan kebutuhan baterai akan semakin meningkat, karena baterai merupakan salah satu komponen utama dalam EV yang mewakili 12-25 persen dari total bobot komponen kendaraan listrik.

"Disinilah Indonesia dapat mencari celah keuntungan ekonomi, karena nikel merupakan komponen pembentuk utama katoda baterai, dan Indonesia adalah negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia," katanya menjelaskan.

Saat ini, potensi ekonomi ini telah ditangkap pemerintah dengan membentuk suatu konsorsium industri baterai nasional, yaitu Indonesia Battery Corporation (IBC) yang terdiri dari PT ANTAM Tbk, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan Perusahaan Holding Mining Industry Indonesia (MIND ID).

Selain itu, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) sebagai upaya menumbuhkan ekosistem industri EV di Indonesia.

Dekan FTUI Dr. Ir. Hendri DS Budiono, M.Eng mengatakan pengembangan teknologi EV telah dimulai pada tahun 2012 oleh Fakultas Teknik UI (FTUI) dengan diluncurkannya MOLINA-UI (Mobil Listrik Nasional Universitas Indonesia) serta pengembangan baterai ion-lithium yang hemat energi oleh Departemen Teknik Metalurgi dan Material FTUI.

"Hal ini terus dikembangkan sampai saat ini dengan melakukan riset terkait sistem motor listrik, sistem charging baterai, serta kajian sosial ekonomi terkait perubahan perilaku konsumen otomotif," katanya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : M Ifdhal


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021