Pelaku ekspor olahan daun kelor di Aceh Jaya mengaku ikut terdampak akibat COVID-19 menyusul tingginya biaya pengiriman dan minimnya permintaan dari negara tujuan.

“Sudah harga pengiriman tinggi ditambah lagi permintaan dari negara tujuan juga berkurang selama ini,” kata pelaku usaha daun kelor Aceh Jaya Cut Susi di Calang, Rabu.

Ia menjelaskan pendapatan olahan daun kelor tersebut turun drastis semenjak 2021 yakni mencapai 80 persen yang ikut dipengaruhi minimnya permintaan dari konsumen dari Malaysia dan Negara lainnya.

“Awal-awal pandemic permintaan masih tinggi dan kita masih menerima pesanan dari konsumen dari sejumlah Negara, namun sejak awal 2021 permintaan turun sehingga kita juga merumahkan para pekerja,” katanya.

Cut Susi menjelaskan pada tahun 2020 pihaknya memproduksi dalam seminggu 3-4 kali tetapi untuk tahun ini hanya memproduksi 3 - 4 kali dalam sebulan itu pun tergantung permintaan.

“Pendapatan tahun 2021 ini turun drastis yakni berkisar Rp4-5 juta per bulan, sementara tahun sebelumnya pendapatan hingga Rp20 juta per bulannya," kata Cut Susi.

Ia menjelaskan usaha tersebut dirintis sejak tahun 2016 dengan produk yang dihasilkan dari usaha itu seperti kapsul serbuk daun kelor,  minyak biji daun kelor, sabun kelor dan serbuk daun kelor.

Ada pun harganya yakni kapsul daun kelor per botol isi 50 butir Rp 50  ribu dan botol isi 100 butir Rp100 ribu, minyak biji daun kelor isi 25 mililiter Rp105.000, sabun kelor Rp15 ribu, sedangkan serbuk daun kelor 500 gram Rp125 ribu.

Ada pun sejumlah Negara tujuan masing-masing Korea, Filipina, Malaysia, dan juga ke Amerika Serikat.

Pewarta: Arif Hidayat

Editor : M Ifdhal


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021