Anggota Komisi X DPR RI Illiza Sa'aduddin Djamal menyatakan kawasan Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh memiliki potensi pariwisata yang luar biasa, namun masih perlu pengembangan yang harus dilakukan pemerintah.
“Kalau kita lihat Pulo Aceh ini memiliki potensi dari semua hal, tapi pariwisata yang menjadi unggulan. Tinggal bagaimana pemerintah mengelola dengan baik untuk dikembangkan,” kata Illiza saat melakukan penghijauan dan pendampingan di Desa Lhoh, Pulo Aceh, Aceh Besar, Rabu.
Illiza menjelaskan Pulo (pulau) Aceh terbagi dalam dua pulau berpenduduk yakni Pulo Breuh dan Pulo Nasi. Kedua pulau ini memiliki panorama alam yang sangat indah, baik laut beserta pantainya maupun wilayah pegunungan dengan hasil alam seperti kelapa, cengkeh dan lainnya.
Bahkan, kata dia, di Pulo Breuh itu juga terdapat kawasan yang berpotensi sebagai tempat konservasi penyu, yang selama ini belum tersentuh untuk pengembangan. Sehingga diharapkan dengan adanya pengembangan, kawasan ini juga dapat menjadi destinasi ekowisata.
“Karena kalau berwisata ke Pulo Aceh ini, kita ingin menikmati alamnya, lautnya, hutan, gunung dan kondisi penghidupan masyarakat disini. Apalagi pulau ini sangat dekat dengan Banda Aceh, kalau naik kapal cepat sekitar 20 menit sampai,” katanya.
Sebab itu, menurut Illiza, dalam upaya pengembangan pertama sekali masyarakat harus mendapat pengetahuan tentang pariwisata, regulasi, konservasi, bahkan penataan kawasan, yang memang membutuhkan pembelajaran serta pendampingan yang intensif bagi mereka.
“Jadi penting kesadaran masyarakat bagaimana menyambut wisatawan, rasa memiliki, aturan desa atau resam, pengelolaan kawasan mana yang boleh, mana yang tidak boleh diganggu, jadi harus mulainya dari itu,” katanya.
Contoh, kata Illiza, Desa Lhoh, yang masyarakatnya menginginkan desa mereka menjadi sebuah desa wisata. Maka pemerintah harus memanfaatkan sebuah keinginan masyarakat tersebut sebagai langkah untuk melakukan pengembangan wisata.
Dalam hal ini, menurut dia, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (BPKS) Sabang memiliki peran besar dalam mengembangkan potensi pariwisata di kawasan Pulo Aceh.
“Jadi kalau BPKS dengan program pembangunan, tanpa mengedukasi masyarakat maka ini akan sulit,” kata anggota komisi yang membidangi pariwisata itu.
Menurut Illiza, masyarakat bisa memulainya dari hal-hal yang sederhana. Seperti menjaga kebersihan desa, pelayanan serta menyiapkan rumah-rumah mereka sebagai tempat penginapan untuk wisatawan yang berkunjung, tentu dengan pelayanan yang terbaik.
“Seperti homestay, jadi rumah-rumah masyarakat diedukasikan untuk menjadi homestay, sama seperti di Gampong Nusa (Aceh Besar). Ciptakan keamanan bagi siapapun yang datang, maka ketika tidak ada penginapan orang akan suit datang,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
“Kalau kita lihat Pulo Aceh ini memiliki potensi dari semua hal, tapi pariwisata yang menjadi unggulan. Tinggal bagaimana pemerintah mengelola dengan baik untuk dikembangkan,” kata Illiza saat melakukan penghijauan dan pendampingan di Desa Lhoh, Pulo Aceh, Aceh Besar, Rabu.
Illiza menjelaskan Pulo (pulau) Aceh terbagi dalam dua pulau berpenduduk yakni Pulo Breuh dan Pulo Nasi. Kedua pulau ini memiliki panorama alam yang sangat indah, baik laut beserta pantainya maupun wilayah pegunungan dengan hasil alam seperti kelapa, cengkeh dan lainnya.
Bahkan, kata dia, di Pulo Breuh itu juga terdapat kawasan yang berpotensi sebagai tempat konservasi penyu, yang selama ini belum tersentuh untuk pengembangan. Sehingga diharapkan dengan adanya pengembangan, kawasan ini juga dapat menjadi destinasi ekowisata.
“Karena kalau berwisata ke Pulo Aceh ini, kita ingin menikmati alamnya, lautnya, hutan, gunung dan kondisi penghidupan masyarakat disini. Apalagi pulau ini sangat dekat dengan Banda Aceh, kalau naik kapal cepat sekitar 20 menit sampai,” katanya.
Sebab itu, menurut Illiza, dalam upaya pengembangan pertama sekali masyarakat harus mendapat pengetahuan tentang pariwisata, regulasi, konservasi, bahkan penataan kawasan, yang memang membutuhkan pembelajaran serta pendampingan yang intensif bagi mereka.
“Jadi penting kesadaran masyarakat bagaimana menyambut wisatawan, rasa memiliki, aturan desa atau resam, pengelolaan kawasan mana yang boleh, mana yang tidak boleh diganggu, jadi harus mulainya dari itu,” katanya.
Contoh, kata Illiza, Desa Lhoh, yang masyarakatnya menginginkan desa mereka menjadi sebuah desa wisata. Maka pemerintah harus memanfaatkan sebuah keinginan masyarakat tersebut sebagai langkah untuk melakukan pengembangan wisata.
Dalam hal ini, menurut dia, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (BPKS) Sabang memiliki peran besar dalam mengembangkan potensi pariwisata di kawasan Pulo Aceh.
“Jadi kalau BPKS dengan program pembangunan, tanpa mengedukasi masyarakat maka ini akan sulit,” kata anggota komisi yang membidangi pariwisata itu.
Menurut Illiza, masyarakat bisa memulainya dari hal-hal yang sederhana. Seperti menjaga kebersihan desa, pelayanan serta menyiapkan rumah-rumah mereka sebagai tempat penginapan untuk wisatawan yang berkunjung, tentu dengan pelayanan yang terbaik.
“Seperti homestay, jadi rumah-rumah masyarakat diedukasikan untuk menjadi homestay, sama seperti di Gampong Nusa (Aceh Besar). Ciptakan keamanan bagi siapapun yang datang, maka ketika tidak ada penginapan orang akan suit datang,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021