Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh hanya memproduksi satu ton benih kedelai varietas anjasmoro pada 2021, dan sudah mendapatkan label.

"Stok di UPBS BPTP Aceh saat ini ada benih kedelai varietas anjasmoro label ungu benih sumber satu ton," kata Penanggung Jawab Unit Pengelolaan Benih Sumber BPTP Aceh Firdaus, di Banda Aceh, Kamis.

Firdaus mengatakan, satu ton benih kedelai tersebut merupakan hasil produksi dari penangkar benih di wilayah Kabupaten Bireuen dengan luas lahan lebih kurang satu hektar. 

Kata Firdaus, untuk produksi benih kedelai ini pihaknya melakukan di daerah tadah hujan, hal itu karena memang kurangnya petani yang mau bekerjasama untuk menanam kedelai. 

"Sering kita dapat lahan untuk benih kedelai itu di daerah tadah hujan, karena kurangnya minat petani bekerjasama untuk kedelai," ujarnya.

Selain itu, Firdaus menyampaikan, saat ini petani kurang berminat menanam kedelai, hal itu dipengaruhi harga yang lebih rendah serta hasil tanamannya juga lebih sedikit ketimbang padi. 

Di mana, kata Firdaus, jika menanam kedelai pada lahan satu hektar hanya mendapatkan 1,2 ton, sedangkan padi bisa memperoleh hasil sampai enam ton gabah. 

"Memang pengaruh pertama harga, padi sekitar enam ribu per kilogram, sedangkan kedelai berkisar empat ribu per kilogram, petani akan membandingkan dengan penghasilan tanaman lain," kata Firdaus. 

Tak hanya itu, lanjut Firdaus, proses menanam kedelai juga sedikit karena harus benar-benar bekerja ekstra, mulai dari mengamati hama, ketersediaan air hingga pupuk, dan panennya juga tidak boleh pada musim hujan. 

Terkait hal itu, Firdaus berharap adanya penyesuaian harga dari pemerintah antara padi dan kedelai, sehingga ke depan semakin banyak petani yang menanam kedelai. 

"Harga dan produksi rendah, makanya sangat sulit kita memaksa petani menanam kedelai. Karena itu bagaimana ada kebijakan pemerintah bisa membantu kesejahteraan petani kedelai," demikian Firdaus. 

 

Pewarta: Rahmat Fajri

Editor : Azhari


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021