Blangpidie (ANTARA Aceh) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) bekerjasama dengan Balai Benih Ikan Krueng Batee berhasil melakukan pemijahan (pengembangbiakan) ikan kerling (Tor tombroides ) secara perkawinan buatan, melalui teknis striping.
     
Kepala DKP Abdya Muslem Hasan di Blangpidie, Selasa mengatakan, keberhasilan mengawinkan ikan yang tergolong mahal itu merupakan yang pertama kali di Aceh.
     
Didampingi Kepala BBI Kuala Batee, Suhadi, ia menyebutkan, pemijahan dilakukan memakai induk milik BBI yang masih berukuran berat 1 kilogram. Kendatipun demikian keberhasilan pemijahan tak terlepas dari suhu.
     
"Menurut staf teknis kami, Joko Supeno, di Abdya ini, suhu paling rendah 27 derajat celsius. Berbeda dengan tempat lain seperti Bogor yang suhunya paling tinggi 20 derajat celcius, menetasnya hingga delapan hari. Jadi, ini dilakukan rekayasa suhu, karena di alam saja kerling bisa berkembang biak," ungkapnya.
     
Kini, jumlah benih yang dihasilkan dari satu induk betina yang beratnya 1 kilogram mendapat 3.000 benih. Ikan kerling yang masih berumur 13 hari itu, membutuhkan oksigen tinggi dan hidup di tempat suplai air yang lancar mengalir.
     
"Sekarang umurnya baru 13 hari dalam aquarium. Jika umurnya sudah 20 hari baru bisa kita tebarkan ke kolam besar," katanya.
     
BBI Krueng Batee, kata Muslim, sebelumnya sudah beberapa kali mencoba memijahkan ikan tersebut tapi selalu gagal. Keberhasilan itu diraih setelah salah seorang staf teknis BBI yang bernama Joko Supeno mengikuti pelatihan di Bogor beberapa waktu lalu,  dia kemudian mempraktikkannya di BBI ternyata berhasil.
     
Ia menambahkan, benih ikan kerling yang dilakukan pemijahan di BBI tersebut, selain untuk dikembangkan secara komersial oleh pihak DKP dan masyarakat, benih-benih tersebut nantinya juga ditebarkan kembali  ke alamnya sebagai bentuk melestarikan plasma nutfah, karena keberadaan ikan air tawar saat ini sudah sangat langka.
     
"Kita berharap, dengan berhasilnya dilakukan pemijahan ini, BBI Krueng Batee ke depan menjadi pemasok benih ikan kerling di Aceh," harapnya.
     
Hasbi, staf budidaya dari Dinas Perikanan Aceh membenarkan jika breeding atau pembenihan kerling oleh BBI Krueng Batee yang pertama kali berhasil di Aceh.
     
"Hasil survei kita ke sana, yang dilakukan BBI Krueng Batee cukup bagus, karena umumnya BBI di Aceh selama ini tidak jauh dari ikan mas, lele dan lainnya. Ketika ada yang berhasil mengembangkan produk ikan lokal seperti kerling tentu patut diapresiasi," ujarnya.
     
Ke depan, kata dia, Dinas Perikanan Aceh akan mendukung langkah BBI Krueng Batee untuk pembenihan kerling.
     
Dukungan tersebut, kata Hasbi, bisa berupa teknologi dan fasilitas pendukung. "Jadi, tergantung kebutuhan BBI diinventarisir dulu untuk dimasukkan dalam anggaran," kata Hasbi.
     
Bagi masyarakat sumatera, ikan kerling atau lebih dikenal dengan sebutan ikan jurung ini sudah dikenal secara luas. Hal tersebut disebabkan, konon cerita beredar di masyarakat, ikan tersebut pada masa zaman dahulu adalah makanan khas raja-raja di Mandailing (Sumut) ketika menjamu tamu-tamunya.
     
Demikian juga di Kabupaten Abdya, ikan ini menjadi menu favorit bagi sebagian orang berduit, karena harganya sangat tinggi mencapai Rp200 ribu per kilogram.

Pewarta: Pewarta : Suprian

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015