Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh melalui Resort Wilayah III Langsa bersama lembaga Sumatran Rescue Alliance (SRA) Langkat, Sumatera Utara turun ke Aceh Tamiang melakukan evakuasi satwa monyet kedih (Presbytis thomasi) yang tergeletak sakit dirawat oleh warga.
“Hewan primata ini akan dievakuasi ke Resort Langsa, namun karena kondisinya sedang sakit sebaiknya dirawat di rumah warga sini dulu. Apapun perkembangnnya nanti tetap di bawah koordinasi dan pantauan kami,” kata Kepala Pos KSDA Aceh Tamiang Resort III Langsa Suparman di Aceh Tamiang, Sabtu.
Tim KSDA Resort Langsa Suparman dan Masrudin juga sudah melaporkan upaya evakuasi satwa dilindungi tersebut kepada Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Lhokseumawe.
Atasan mereka menyetujui kalau kera ekor panjang itu dirawat oleh warga sampai sembuh dengan pertimbangan tertentu.
Pihaknya segera mengirimkan kandang dan menyuplai obat-obatan yang dibutuhkan kedih jantan tersebut.
Baca juga: Warga temukan satwa kedih sakit tergeletak di jalan
“Kalau dibawa ke kantor Resort Langsa dikhawatirkan tidak optimal untuk perawatannya. Kami punya kandangnya, tapi yang menjaga merawat 24 jam tidak ada. Kita berharap kedih ini dapat pulih kembali seperti awal karena kesehatan hewan ini sudah ditangani oleh mitra kami dokter hewan dari lembaga SRA,” jelas Suparman.
Tim KSDA Masrudin menambahkan setelah dicek tubuh kedih tidak ditemukan bekas luka akibat dianiaya atau ditembak. Kedih jantan berbulu putih dan abu-abu tersebut diperkirakan sudah berusia dewasa.
Setelah diukur panjang tubuhnya hingga ekor mencapai 130 centimeter. Pihaknya mendapat informasi satwa sakit ini dari seorang aktivis lingkungan hidup di Aceh Tamiang.
“Kalau kondisi kesehatan kedih sudah pulih akan kita rilis/lepaskan lagi di tempatnya ditemukan, dengan mempertimbangkan ada kelompok kedih yang tertinggal di situ,” ujar Masrudin.
Menurut dia monyet kedih masuk daftar satwa dilindungi dan merupakan hewan endemik yang mendiami Pulau Sumatra, hanya Aceh sampai Jambi saja yang ada.
“Kalau kondisinya tidak lemah mamalia ini termasuk jenis lutung yang agresif menyerang,” tambah Masrudin.
Sementara itu Evi Fitriana, dokter hewan Sumatran Rescue Alliance (SRA) Langkat, Sumatera Utara menjelaskan kondisi satwa kedih pertama kali dilihat mengalami dehidrasi berat karena tidak minum dan makan. Pertolongan pertama yang dilakukan tim SRA mulai dari suntik, infus hingga diolesin salep.
“Tubuhnya pun demam, asam lambung tinggi karena sudah beberapa hari tidak makan. Jadi sakitnya sudah komplikasi makanya disuntik sampai empat kali dari obat anti radang, deman, vitamin dan asam lambung. Mungkin infusnya juga akan ditambah,” sebut Evi didampingi rekannya, Ikram.
Selama lutung unik itu dalam masa perawatan di rumah warga, lembaga NGO ini akan mendukung kebutuhan medis. Mereka sudah menyetok berbagai obat-obatan termasuk susu formula untuk memulihkan kesehatan kedih.
“Kami akan memberi resep obat kepada warga yang merawat dan terus berkomunikasi jarak jauh tentang cara dan takaran obat yang akan diberikan,” kata dokter hewan yang bekerja untuk SRA tersebut.
Awalnya seekor kedih nahas itu ditemukan oleh pengendara tergeletak di pinggir jalan jembatan Aras Sembilan, Kecamatan Bandar Pusaka pada Selasa (28/6) petang. Saat itu kedih mengalami kejang-kejang. Namun si penemu atas Muhammad Guntur warga Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru ini tidak langsung membwanya pulang.
Atas persetujuan warga setempat baru hewan yang dilindungi ini berani dia bawa pulang untuk diobati secara tradisional.
Dalam perjalanan Guntur sempat berniat menyerahkan satwa kedih itu ke Kantor Polsek Karang Baru. Namun karena waktu sudah malam dan kondisi satwa kritis sehingga dia berinisiatif tidak ingin membebani polisi.
“Sampai di rumah awalnya saya kompres dan kasih ramuan daun kelor diluka memarnya supaya tidak terjadi pembekuan darah,” ujar M Guntur yang ahli pengobatan bekam ini.
Ke esokan harinya M Guntur dan keluarganya berusaha melaporkan temuan satwa dilindungi tersebut ke instansi pemerintah daerah untuk membantu evakuasi. Hingga akhirnya pihak keluarga terhubung oleh seorang aktivis lingkungan hidup Andi Nur Muhammad untuk mendatangkan BKSDA.
M Guntur menyebut setelah foto dan video kedih sekarat itu beredar di medsos banyak pihak-pihak yang mau memeliharanya.
“Banyak orang yang minta melalui WA grup dari penyayang binatang pun ada. Tapi saya tetap mau menyerahkan ke BKSDA, karena satwa ini akan lebih bahagia hidup di alamnya,” tutur Guntur.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
“Hewan primata ini akan dievakuasi ke Resort Langsa, namun karena kondisinya sedang sakit sebaiknya dirawat di rumah warga sini dulu. Apapun perkembangnnya nanti tetap di bawah koordinasi dan pantauan kami,” kata Kepala Pos KSDA Aceh Tamiang Resort III Langsa Suparman di Aceh Tamiang, Sabtu.
Tim KSDA Resort Langsa Suparman dan Masrudin juga sudah melaporkan upaya evakuasi satwa dilindungi tersebut kepada Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Lhokseumawe.
Atasan mereka menyetujui kalau kera ekor panjang itu dirawat oleh warga sampai sembuh dengan pertimbangan tertentu.
Pihaknya segera mengirimkan kandang dan menyuplai obat-obatan yang dibutuhkan kedih jantan tersebut.
Baca juga: Warga temukan satwa kedih sakit tergeletak di jalan
“Kalau dibawa ke kantor Resort Langsa dikhawatirkan tidak optimal untuk perawatannya. Kami punya kandangnya, tapi yang menjaga merawat 24 jam tidak ada. Kita berharap kedih ini dapat pulih kembali seperti awal karena kesehatan hewan ini sudah ditangani oleh mitra kami dokter hewan dari lembaga SRA,” jelas Suparman.
Tim KSDA Masrudin menambahkan setelah dicek tubuh kedih tidak ditemukan bekas luka akibat dianiaya atau ditembak. Kedih jantan berbulu putih dan abu-abu tersebut diperkirakan sudah berusia dewasa.
Setelah diukur panjang tubuhnya hingga ekor mencapai 130 centimeter. Pihaknya mendapat informasi satwa sakit ini dari seorang aktivis lingkungan hidup di Aceh Tamiang.
“Kalau kondisi kesehatan kedih sudah pulih akan kita rilis/lepaskan lagi di tempatnya ditemukan, dengan mempertimbangkan ada kelompok kedih yang tertinggal di situ,” ujar Masrudin.
Menurut dia monyet kedih masuk daftar satwa dilindungi dan merupakan hewan endemik yang mendiami Pulau Sumatra, hanya Aceh sampai Jambi saja yang ada.
“Kalau kondisinya tidak lemah mamalia ini termasuk jenis lutung yang agresif menyerang,” tambah Masrudin.
Sementara itu Evi Fitriana, dokter hewan Sumatran Rescue Alliance (SRA) Langkat, Sumatera Utara menjelaskan kondisi satwa kedih pertama kali dilihat mengalami dehidrasi berat karena tidak minum dan makan. Pertolongan pertama yang dilakukan tim SRA mulai dari suntik, infus hingga diolesin salep.
“Tubuhnya pun demam, asam lambung tinggi karena sudah beberapa hari tidak makan. Jadi sakitnya sudah komplikasi makanya disuntik sampai empat kali dari obat anti radang, deman, vitamin dan asam lambung. Mungkin infusnya juga akan ditambah,” sebut Evi didampingi rekannya, Ikram.
Selama lutung unik itu dalam masa perawatan di rumah warga, lembaga NGO ini akan mendukung kebutuhan medis. Mereka sudah menyetok berbagai obat-obatan termasuk susu formula untuk memulihkan kesehatan kedih.
“Kami akan memberi resep obat kepada warga yang merawat dan terus berkomunikasi jarak jauh tentang cara dan takaran obat yang akan diberikan,” kata dokter hewan yang bekerja untuk SRA tersebut.
Awalnya seekor kedih nahas itu ditemukan oleh pengendara tergeletak di pinggir jalan jembatan Aras Sembilan, Kecamatan Bandar Pusaka pada Selasa (28/6) petang. Saat itu kedih mengalami kejang-kejang. Namun si penemu atas Muhammad Guntur warga Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru ini tidak langsung membwanya pulang.
Atas persetujuan warga setempat baru hewan yang dilindungi ini berani dia bawa pulang untuk diobati secara tradisional.
Dalam perjalanan Guntur sempat berniat menyerahkan satwa kedih itu ke Kantor Polsek Karang Baru. Namun karena waktu sudah malam dan kondisi satwa kritis sehingga dia berinisiatif tidak ingin membebani polisi.
“Sampai di rumah awalnya saya kompres dan kasih ramuan daun kelor diluka memarnya supaya tidak terjadi pembekuan darah,” ujar M Guntur yang ahli pengobatan bekam ini.
Ke esokan harinya M Guntur dan keluarganya berusaha melaporkan temuan satwa dilindungi tersebut ke instansi pemerintah daerah untuk membantu evakuasi. Hingga akhirnya pihak keluarga terhubung oleh seorang aktivis lingkungan hidup Andi Nur Muhammad untuk mendatangkan BKSDA.
M Guntur menyebut setelah foto dan video kedih sekarat itu beredar di medsos banyak pihak-pihak yang mau memeliharanya.
“Banyak orang yang minta melalui WA grup dari penyayang binatang pun ada. Tapi saya tetap mau menyerahkan ke BKSDA, karena satwa ini akan lebih bahagia hidup di alamnya,” tutur Guntur.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022