Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Banda Aceh berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) berupa pemeriksaan sarana dan pengujian pangan aman pada 1.000 warung kopi atau warkop di seluruh Aceh.
“Museum rekor dunia Indonesia dengan ini menyatakan bahwa pemeriksaan sarana dan pengujian pangan aman pada warung kopi di Aceh, kami catat sebagai rekor dunia MURI,” kata Direktur Operasional MURI Joesuf Ngadri di Banda Aceh, Selasa.
Piagam penghargaan rekor MURI diberikan Joesuf kepada BPOM Republik Indonesia yang diterima oleh Kepala Balai BPOM Banda Aceh Yudi Noviandi dan kepada Pemerintah Aceh yang diterima Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik Bukhari.
Joesuf mengapresiasi program Sanger Ureng Aceh yang merupakan inovasi BBPOM Banda Aceh, dengan cara mengintervensi pemeriksaan sarana dan pengujian pangan aman pada 1.000 warung kopi di seluruh Tanah Rencong.
Ia mengatakan produksi kopi dari tanah Gayo, Aceh merupakan terbesar di Asia. Kopi Gayo memiliki rasa dan aroma yang khas, sehingga mengantarkan komoditas ini menjadi penopang utama ekonomi masyarakat Aceh di wilayah tengah.
Menurut dia, budaya meminum kopi yang kuat di Aceh mengantarkan daerah ini dijuluki sebagai negeri 1.000 warung kopi. Bahkan, warung kopi juga menjadi tempat interaksi sosial, bermusyawarah, diskusi, sosialisasi hingga berbisnis.
“Oleh karenanya kegiatan Tribakti pangan aman BPOM pada warung kopi ini sangat bermanfaat agar masyarakat memiliki keamanan pangan, minuman dan makanan yang disajikan untuk dikonsumsi,” katanya.
Joesuf menyebut salah satu yang menjadi pertimbangan inovasi ini tercatat sebagai rekor MURI, karena memiliki nilai positif bagi masyarakat.
“Sesuatu yang kami pertimbangkan adalah bersifat positif. Kemudian superlatif artinya paling. Jadi rekor dicatat, minimal dua kategori, pertama atau paling,” katanya.
Oleh sebab itu, Joesuf berharap agar pemerintah daerah dan BBPOM di Banda Aceh mengevaluasi secara berkelanjutan untuk mendeteksi pangan aman pada setiap warung kopi di Aceh.
“Ini sebagai sasaran utama BPOM untuk mengedukasi peminum maupun penyedia layanan warung kopi untuk memberi sajian yang sehat dan aman tentang pangan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Balai BPOM Banda Aceh Yudi Noviandi mengatakan inovasi Sanger Ureung Aceh mengintervensi terkait Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pangan aman, pemeriksaan sarana dan pengujian makanan di 1.000 warung kopi seluruh Aceh.
Ada empat bahan berbahaya pada makanan yang lazim digunakan masyarakat, meliputi metani yellow, rodhamin B, formalin dan boraks. Namun, masyarakat Aceh lebih spesifik pada penggunaan boraks.
Pihaknya berhasil melakukan uji cepat deteksi boraks terhadap 1.097 warung kopi, dari 1.000 warung kopi yang menjadi target, dengan melibatkan 57 kader di seluruh Aceh.
“Saat ini 1.097 warung kopi di Aceh aman dari pangan mengandung bahan berbahaya, bebas dari produk tanpa izin edar, bebas dari obat tradisional maupun kopi yang mengandung bahan kimia obat,” kata Yudi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
“Museum rekor dunia Indonesia dengan ini menyatakan bahwa pemeriksaan sarana dan pengujian pangan aman pada warung kopi di Aceh, kami catat sebagai rekor dunia MURI,” kata Direktur Operasional MURI Joesuf Ngadri di Banda Aceh, Selasa.
Piagam penghargaan rekor MURI diberikan Joesuf kepada BPOM Republik Indonesia yang diterima oleh Kepala Balai BPOM Banda Aceh Yudi Noviandi dan kepada Pemerintah Aceh yang diterima Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik Bukhari.
Joesuf mengapresiasi program Sanger Ureng Aceh yang merupakan inovasi BBPOM Banda Aceh, dengan cara mengintervensi pemeriksaan sarana dan pengujian pangan aman pada 1.000 warung kopi di seluruh Tanah Rencong.
Ia mengatakan produksi kopi dari tanah Gayo, Aceh merupakan terbesar di Asia. Kopi Gayo memiliki rasa dan aroma yang khas, sehingga mengantarkan komoditas ini menjadi penopang utama ekonomi masyarakat Aceh di wilayah tengah.
Menurut dia, budaya meminum kopi yang kuat di Aceh mengantarkan daerah ini dijuluki sebagai negeri 1.000 warung kopi. Bahkan, warung kopi juga menjadi tempat interaksi sosial, bermusyawarah, diskusi, sosialisasi hingga berbisnis.
“Oleh karenanya kegiatan Tribakti pangan aman BPOM pada warung kopi ini sangat bermanfaat agar masyarakat memiliki keamanan pangan, minuman dan makanan yang disajikan untuk dikonsumsi,” katanya.
Joesuf menyebut salah satu yang menjadi pertimbangan inovasi ini tercatat sebagai rekor MURI, karena memiliki nilai positif bagi masyarakat.
“Sesuatu yang kami pertimbangkan adalah bersifat positif. Kemudian superlatif artinya paling. Jadi rekor dicatat, minimal dua kategori, pertama atau paling,” katanya.
Oleh sebab itu, Joesuf berharap agar pemerintah daerah dan BBPOM di Banda Aceh mengevaluasi secara berkelanjutan untuk mendeteksi pangan aman pada setiap warung kopi di Aceh.
“Ini sebagai sasaran utama BPOM untuk mengedukasi peminum maupun penyedia layanan warung kopi untuk memberi sajian yang sehat dan aman tentang pangan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Balai BPOM Banda Aceh Yudi Noviandi mengatakan inovasi Sanger Ureung Aceh mengintervensi terkait Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pangan aman, pemeriksaan sarana dan pengujian makanan di 1.000 warung kopi seluruh Aceh.
Ada empat bahan berbahaya pada makanan yang lazim digunakan masyarakat, meliputi metani yellow, rodhamin B, formalin dan boraks. Namun, masyarakat Aceh lebih spesifik pada penggunaan boraks.
Pihaknya berhasil melakukan uji cepat deteksi boraks terhadap 1.097 warung kopi, dari 1.000 warung kopi yang menjadi target, dengan melibatkan 57 kader di seluruh Aceh.
“Saat ini 1.097 warung kopi di Aceh aman dari pangan mengandung bahan berbahaya, bebas dari produk tanpa izin edar, bebas dari obat tradisional maupun kopi yang mengandung bahan kimia obat,” kata Yudi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022