Penjabat (Pj) Wali Kota Lhokseumawe Imran mengajak semua elemen di daerah itu ikut berpartisipasi aktif menurunkan angka stunting guna melahirkan generasi emas pada 2045.
"Saya mengajak semua komponen di Kota Lhokseumawe berkomitmen dalam mengatasi kasus stunting yang kini menjadi program nasional," kata Imran di Lhokseumawe, Selasa.
Sebelumnya, kata Imran, Pemerintah Kota (Pemkot) Lhokseumawe menggelar rembuk sebagai komitmen dalam upaya menurunkan stunting atau kekerdilan terhadap anak di daerah itu.
Menurut Imran, rembuk tersebut merupakan upaya dan strategi membahas langkah dan upaya menekan angka stunting serta program penanganan terintegrasi satu dengan lainnya.
"Rembuk stunting ini juga untuk memastikan pelaksanaan intervensi penurunan stunting dilakukan secara bersama-sama yang melibatkan seluruh pemangku kebijakan, individu, komunitas, lembaga donor, maupun swasta," kata Imran.
Imran mengatakan persoalan serius yang terjadi saat ini adalah kondisi buruk pada penduduk yang mengakibatkan terjadinya stunting atau tumbuh kerdil pada anak.
Stunting merupakan sebuah kondisi terhambatnya pertumbuhan fisik yang lebih pendek dari standar umurnya terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan sebagai indikasi otak dan sel tumbuh anak tidak berkembang secara optimal.
Kondisi tersebut, kata Imran, tentu akan berdampak pada tingkat kecerdasan, kemampuan kognitif dan kesehatan karena mudah sakit. Oleh karenanya, percepatan penurunan stunting menjadi prioritas pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Berdasarkan data survei status gizi, kata Imran, prevalensi stunting di Kota Lhokseumawe mencapai yaitu 27,4 persen. Sedangkan data elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat yaitu 9,9 persen.
"Saya mengajak semuanya untuk bersama-sama menurunkan angka stuanting tersebut. Termasuk mewujudkan keluarga sehat, sehingga melahirkan sumber daya manusia cerdas dan berkualitas," kata Imran.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
"Saya mengajak semua komponen di Kota Lhokseumawe berkomitmen dalam mengatasi kasus stunting yang kini menjadi program nasional," kata Imran di Lhokseumawe, Selasa.
Sebelumnya, kata Imran, Pemerintah Kota (Pemkot) Lhokseumawe menggelar rembuk sebagai komitmen dalam upaya menurunkan stunting atau kekerdilan terhadap anak di daerah itu.
Menurut Imran, rembuk tersebut merupakan upaya dan strategi membahas langkah dan upaya menekan angka stunting serta program penanganan terintegrasi satu dengan lainnya.
"Rembuk stunting ini juga untuk memastikan pelaksanaan intervensi penurunan stunting dilakukan secara bersama-sama yang melibatkan seluruh pemangku kebijakan, individu, komunitas, lembaga donor, maupun swasta," kata Imran.
Imran mengatakan persoalan serius yang terjadi saat ini adalah kondisi buruk pada penduduk yang mengakibatkan terjadinya stunting atau tumbuh kerdil pada anak.
Stunting merupakan sebuah kondisi terhambatnya pertumbuhan fisik yang lebih pendek dari standar umurnya terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan sebagai indikasi otak dan sel tumbuh anak tidak berkembang secara optimal.
Kondisi tersebut, kata Imran, tentu akan berdampak pada tingkat kecerdasan, kemampuan kognitif dan kesehatan karena mudah sakit. Oleh karenanya, percepatan penurunan stunting menjadi prioritas pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Berdasarkan data survei status gizi, kata Imran, prevalensi stunting di Kota Lhokseumawe mencapai yaitu 27,4 persen. Sedangkan data elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat yaitu 9,9 persen.
"Saya mengajak semuanya untuk bersama-sama menurunkan angka stuanting tersebut. Termasuk mewujudkan keluarga sehat, sehingga melahirkan sumber daya manusia cerdas dan berkualitas," kata Imran.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022