Tapaktuan (ANTARA Aceh) - Para narapidana yang mendekam di Rumah tahanan Kelas II-B Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan, diberi pelatihan keterampilan, sehingga setelah keluar dari penjara mereka bisa mandiri.
Kepala Rutan Klas II-B Tapaktuan, Irman Jaya di Tapaktuan, Selasa mengatakan, bagi napi perempuan dilatih membuat bunga akrilik dengan menggunakan bahan baku manik dan mote, sedangkan napi laki-laki diberi keterampilan membuat jala ikan.
Dari 147 orang napi dan tahanan, lima orang napi perempuan dilatih membuat bunga akrilik dibawah binaan istri Kepala Rutan yang juga berstatus sipir penjara, Ny Endrawati Irman Jaya.
"Rencananya, bunga-bunga manik akrilik hasil inovasi dan kreativitas napi perempuan tersebut akan kami pajang di depan Rutan serta akan dititipkan di Dekranasda Aceh Selatan sebagai bahan contoh," katanya.
Langkah promosi tersebut bertujuan agar hasil kerajinan tangan produksi napi perempuan Rutan Tapaktuan dapat diketahui secara cepat oleh para konsumen yang berminat ingin membelinya, kata Irman Jaya.
Pria yang baru dua bulan dilantik menjadi Kepala Rutan kelas IIB Tapaktuan ini mengaku memiliki banyak program untuk memberdayakan para napi dan tahanan.
Namun karena terkendala dengan keterbatasan peralatan dan anggaran sehingga program tersebut belum bisa direalisasikan, katanya.
Menurutnya, keberadaan Rutan Tapaktuan yang merupakan peninggalan zaman Belanda dibangun sekitar tahun 1912 silam tersebut, dinilai sudah tidak layak lagi ditempati para napi dan tahanan yang jumlahnya setiap tahun terus meningkat.
"Penjara ini sebenarnya kapasitasnya hanya 75 orang namun sekarang ini sudah dihuni sebanyak 147 orang, sehingga kondisi tersebut jelas-jelas sudah over kapasitas. Lagi pula, dengan kondisi bangunan yang sangat sempit jangankan dibangun tempat pelatihan kerja, untuk tempat olah raga saja tidak tersedia," keluh Irman Jaya.
Padahal, sambung dia, pihaknya telah memprogramkan untuk melatih para napi dan tahanan tersebut dengan berbagai ketrampilan kerajinan tangan seperti perbengkelan, latihan menjahit, serta kreativitas lainnya.
"Karena keterbatasan tersebut, terhadap beberapa napi Laki-laki hanya baru bisa dilatih membuat jaring ikan, selebih itu belum bisa kami realisasikan," ujarnya.
Meskipun demikian, lanjut Irman Jaya, pihaknya tetap terus mencetuskan program-program kerja baru yang belum pernah dilaksanakan dibawah kepemimpinan sebelumnya.
Beberapa program tersebut selain telah mengusulkan pembangunan gedung baru ke Kementerian Hukum dan HAM sumber dana APBN sebesar Rp3 miliar, pihaknya juga berencana akan menjalin kerja sama dengan Pemkab Aceh Selatan melalui Dinas Pendidikan untuk memberikan pendidikan lanjutan terhadap napi atau tahanan yang putus sekolah.
"Nanti kami akan mendata tingkat pendidikan seluruh napi dan tahanan. Terhadap mereka ini, akan difasilitasi untuk mengikuti program paket A, B dan C sehingga meskipun mereka sedang mendekam dalam penjara tapi masa depannya tetap terjamin," papar Irman Jaya.
Ia berharap, program yang akan dicetuskan tersebut mendapat sambutan positif dari Pemkab Aceh Selatan melalui Dinas Pendidikan, karena peluang mereka untuk tetap memperoleh pendidikan tetap harus dijamin oleh negara karena sebagai warga negara hal itu menjadi hak mereka.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016