Tapaktuan (ANTARA Aceh) - Relawan belum berhasil menemukan satu lagi korban tim survey PLTA dari PT Trinusa Energy Indonesia yang terseret arus sungai Alue Buloh, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan, pada 29 Desember 2016.

Ketua Satgas SAR Tapaktuan, Mayfendri di Tapaktuan, Kamis menyatakan, pihaknya telah menghentikan proses pencarian terhadap korban bernama Muktar Yuli, karena setelah terhitung delapan hari belum juga ditemukan.

Sementara dua dan tiga korban, yakni Syarif Basarah dan Testa Muhammad Abduh asal Bandung, Provinsi Jawa Barat ditemukan meninggal dunia dan sudah dibawa ke daerah asalnya.

Relawan terdiri dari tim gabungan Basarnas Aceh 6 personil, Basarnas Pos Meulaboh (8), Satgas SAR Abdya (2), Satgas SAR Tapaktuan (10), anggota Polres Aceh Selatan (10), pasukan TNI Kompi C Sawang (10) dan dibantu ratusan masyarakat Desa Jambo Papeun.

"Proses pencarian korban sudah kami hentikan sementara sambil menunggu perkembangan informasi selanjutnya. Jika ke depannya ada petunjuk baru maka proses pencarian tidak tertutup kemungkinan akan dimulai kembali," kata Mayfendri.

Mayfendri yang mengaku baru turun dari gunung bersama tim gabungan serta ratusan masyarakat menceritakan bahwa untuk menuju ke lokasi di sungai Alue Buloh dari pemukiman penduduk Desa Jambo Papeun, Kecamatan Meukek mereka harus menempuh perjalanan kaki mendaki dan menyusuri lereng gunung yang terjal dan menjulang tinggi selama 7 jam.

Karena lokasi tersebut tergolong jauh apalagi harus melewati medan yang cukup berat, kata dia, maka tim gabungan harus membawa perlengkapan yang cukup mulai dari bahan makanan maupun peralatan memasak serta tenda untuk penginapan.

"Selama melakukan proses pencarian terhadap korban, kami telah melakukan penyisiran di sepanjang muara sungai Alue Buloh yang berjarak belasan kilometer namun sejauh ini belum berhasil menemukan keberadaan jasad korban," ujar dia.

Berat dugaan, kata dia, korban telah tertimbun material pohon-pohon kayu berukuran besar yang tampak menutupi sungai dimaksud.

Keberadaan pohon kayu berukuran besar tersebut tidak mampu diangkat oleh manusia karena harus menggunakan alat berat excavator, sementara untuk membawa alat berat excavator ke lokasi tersebut sangat sulit bahkan dipastikan tidak bisa, ungkap Mayfendri.

Melihat sangat banyak pohon kayu berukuran besar menutupi sungai Alue Buloh, pihaknya memperkirakan banjir bandang disertai luapan air sungai pasca wilayah hutan belantara itu diguyur hujan lebat sejak Rabu hingga Kamis (28-29/12) lalu tergolong cukup besar.

Bahkan menurut keterangan masyarakat setempat yang biasa melintas di sungai dimaksud, sepengetahuannya belum pernah air sungai Alue Buloh sebesar itu apalagi disertai turut hanyut sejumlah bongkahan kayu berukuran besar yang menutupi badan sungai.

"Bahkan menurut keterangan para saksi yang selamat, ketiga korban hilang akibat terseret arus sungai, sebelum terseret arus sempat menyelamatkan diri ke atas batu besar yang tingginya mencapai 10 meter. Tapi berdasarkan bekas terjangan banjir bandang tersebut, air melampaui batu tersebut bahkan ketinggian air hingga menyapu ranting-ranting pohon yang menjulang tinggi di sepanjang bantaran sungai," ujarnya.

Selain telah melakukan penyisiran di sepanjang sungai, lanjut Mayfendri, sebagian tim pencari juga telah melakukan penyisiran di sepanjang sungai Sarah Baro hingga sungai pucuk si bom-bom diatas Sarah Baro, Kemukiman Menggamat, Kecamatan Kluet Tengah.

Dilakukan penyisiran ke wilayah tersebut, menurut Mayfendri karena muara sungai Alue Buloh yang berhulu dari Gunung Leuser hilirnya ke sungai pucuk si Bom-bom hingga Sarah Baro yang kemudian menyatu dengan Sungai Krueng Kluet yang muaranya ke pesisir laut Kandang, Kecamatan Kluet Selatan.

"Di sepanjang sungai tersebut mulai dari pucuk Sibom-bom  hingga pesisir laut Kandang, Kecamatan Kluet Selatan sudah dilakukan penyisiran oleh sebagian tim pencari yang khusus dikerahkan ke wilayah Kluet Raya tersebut," ujar dia.

Ia menyebutkan selama berlangsungnya proses pencarian korban pihak PT Trinusa Energy Indonesia, sebuah perusahaan skala nasional yang sedang mengerjakan proyek PLTA Kluet 1 di pucuk Gunung Jampo Papeun dan pucuk Gunung Kluet membantu dana sebesar Rp50 juta sebagai bentuk kontribusi dan tanggungjawabnya terhadap pekerja yang menjadi korban dalam musibah tersebut.


Pewarta: Hendrik

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017