Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Asrizal Asnawi mengapresiasi upaya masyarakat di Kabupaten Aceh Taming dalam menjaga ketahanan pangan, dengan cara mengalihkan fungsi lahan kelapa sawit menjadi lahan persawahan.
“Memang masih belum banyak sekali (alih fungsi) tapi sudah ada. Kita melihat masyarakat sudah mulai sadar akan ketahanan pangan,” kata Asrizal di Banda Aceh, Sabtu.
Hal itu, kata Asrizal, seperti yang dilakukan sebagian masyarakat di Kecamatan Manyak Payed, Tenggulun, Bendahara dan beberapa kecamatan lain, yang menumbangkan tanaman kepala sawit miliknya yang masih produktif, dan menjadikan lahan itu sebagai persawahan.
“Mereka dengan sadar dan sengaja, bahkan menggunakan uang sendiri untuk menumbangkan tanaman sawitnya dengan menyewa alat berat, lalu mengubahnya menjadi cetakan sawah,” ujarnya.
Anggota Komisi II DPR Aceh asal Aceh Tamiang dan Langsa itu menyebut, memang masyarakat daerah itu rata-rata berprofesi sebagai petani dan pekebun. Sudah bertahun-tahun, tanaman sawit menjadi primadona di tengah masyarakat.
Sejak zaman dulu ramai masyarakat daerah itu mengalih fungsi lahan sawah, lahan karet, bahkan pinang dan lahan lainnya menjadi areal perkebunan sawit rakyat.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, lanjut Asrizal, harga tanda buah segar (TBS) kelapa sawit di Tanah Rencong merosot, sehingga mereka tidak memiliki pemasukan ekonomi. Hal ini pula yang membuat mereka kini kembali mengalihkan fungsi lahan sawit menjadi sawah.
Menurut dia, apa yang dilakukan masyarakat Aceh Tamiang itu perlu mendapat dukungan dari pemerintah. Karena lahan-lahan yang kembali dialihkan fungsi menjadi sawah tersebut memang dasarnya merupakan lahan sawah potensial daerah itu.
“Tapi mungkin karena dulu juga tidak cukup air mengairi sawah sehingga mereka mengalih fungsi jadi sawit, dan sekarang mereka kembali lagi ke padi,” ujarnya.
Menurut Asrizal, dirinya melalui usulan dana pokok pikiran sebagai anggota DPR Aceh juga telah mengusulkan pembangunan sejumlah irigasi ke Pemerintah Aceh, untuk memperlancar kebutuhan air lahan persawahan masyarakat di Aceh Tamiang.
"Maka dengan titik saluran irigasi yang sudah kita perjuangkan dan dibangun, mereka baru melihat ternyata lebih potensial tanaman padi ketimbang sawit, itu ada irigasi di Kecamatan Tenggulun, Bendahara dan Manyak Payed, yang lumayan besar," ujarnya.
Baca juga: OJK dukung pengembangan atsiri
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
“Memang masih belum banyak sekali (alih fungsi) tapi sudah ada. Kita melihat masyarakat sudah mulai sadar akan ketahanan pangan,” kata Asrizal di Banda Aceh, Sabtu.
Hal itu, kata Asrizal, seperti yang dilakukan sebagian masyarakat di Kecamatan Manyak Payed, Tenggulun, Bendahara dan beberapa kecamatan lain, yang menumbangkan tanaman kepala sawit miliknya yang masih produktif, dan menjadikan lahan itu sebagai persawahan.
“Mereka dengan sadar dan sengaja, bahkan menggunakan uang sendiri untuk menumbangkan tanaman sawitnya dengan menyewa alat berat, lalu mengubahnya menjadi cetakan sawah,” ujarnya.
Anggota Komisi II DPR Aceh asal Aceh Tamiang dan Langsa itu menyebut, memang masyarakat daerah itu rata-rata berprofesi sebagai petani dan pekebun. Sudah bertahun-tahun, tanaman sawit menjadi primadona di tengah masyarakat.
Sejak zaman dulu ramai masyarakat daerah itu mengalih fungsi lahan sawah, lahan karet, bahkan pinang dan lahan lainnya menjadi areal perkebunan sawit rakyat.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, lanjut Asrizal, harga tanda buah segar (TBS) kelapa sawit di Tanah Rencong merosot, sehingga mereka tidak memiliki pemasukan ekonomi. Hal ini pula yang membuat mereka kini kembali mengalihkan fungsi lahan sawit menjadi sawah.
Menurut dia, apa yang dilakukan masyarakat Aceh Tamiang itu perlu mendapat dukungan dari pemerintah. Karena lahan-lahan yang kembali dialihkan fungsi menjadi sawah tersebut memang dasarnya merupakan lahan sawah potensial daerah itu.
“Tapi mungkin karena dulu juga tidak cukup air mengairi sawah sehingga mereka mengalih fungsi jadi sawit, dan sekarang mereka kembali lagi ke padi,” ujarnya.
Menurut Asrizal, dirinya melalui usulan dana pokok pikiran sebagai anggota DPR Aceh juga telah mengusulkan pembangunan sejumlah irigasi ke Pemerintah Aceh, untuk memperlancar kebutuhan air lahan persawahan masyarakat di Aceh Tamiang.
"Maka dengan titik saluran irigasi yang sudah kita perjuangkan dan dibangun, mereka baru melihat ternyata lebih potensial tanaman padi ketimbang sawit, itu ada irigasi di Kecamatan Tenggulun, Bendahara dan Manyak Payed, yang lumayan besar," ujarnya.
Baca juga: OJK dukung pengembangan atsiri
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023