Yayasan Gotong Royong Kreatif memutar lima film karya sineas muda Aceh di Taman Budaya yang mengisahkan isu terkini mulai dari budaya, kemanusiaan, keberagaman, hingga lingkungan.

"Beberapa film yang diputar ini mengangkat isu yang terus memiliki tantangan ke depannya dan kami melihat ini isu yang penting untuk terus disosialisasikan," kata Ketua Yayasan Gotong Royong Kreatif Andi Saputra di Banda Aceh, Rabu.

Adapun lima film yang diputar yakni Mak Ba, Mentari, Plastic Bottles, Gadis Muslim Pemain Simbal Barongsai, dan Elin. Beberapa film tersebut sudah diproduksi dari tahun 2020 dan dan dapat disaksikan di kanal Youtube.

Baca juga: Kisah teror arwah jahat dalam boneka di film "Spirit Doll"

Mak Ba sendiri merupakan film yang disutradarai oleh Salsabila menceritakan tentang eksistensi kearifan lokal Aceh, Mak Blien (dukun beranak) yang mulai memudar padahal keberadaanya sangat penting dan dibutuhkan dalam upacara adat prosesi pra dan pascamelahirkan di Aceh. 

Kemudian, Mentari mengisahkan potret kehidupan masyarakat desa yang akhirnya mampu memaksimalkan hasil alam (tanaman bili) di desa untuk menjadi karya seni yang bernilai ekonomi. 
 

Selanjutnya, film Plastic Bottles mengisahkan potret terkini budaya masyarakat yang masih membuang sampah plastik secara sembarangan. 

Lalu, film Gadis Muslim Pemain Simbal Barongsai mengisahkan isu keberagaman dan potret toleransi di Aceh dengan menceritakan dokumenter perempuan-perempuan Aceh yang ikut bergabung dalam komunitas olahraga Dragon Barongsai. 

Selain isu keberagaman juga ada film Elin yang mengangkat sisi kemanusian. Elin sendiri merupakan nama tokoh utama film yakni Erlinda Marlinda seorang disabilitas yang aktif dalam lembaga Children and Youth Disabilities for Change untuk mengampanyekan hak-hak disabiltas. 

Andri menyampailkan meskipun beberapa film sudah diproduksi sejak lama, pemutaran film ini baru dapat terlaksana di tahun ini karena berkat bantuan dana dari Dana Indonesiana Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud). Tujuannya untuk mengepresiasi karya sineas muda. 

"KIta ingin memberikan ruang apreasiasi kepada sineas muda pembuat film agar bisa bertemu dengan penonton dan mendiskusikan peristiwa yang terjadi dalam film," katanya. 

Sebab, kata dia, pemutaran film membutuhkan mobilisasi dan dana yang besar. Selain itu, beberapa film juga seperti Mak Ba dan plastic bottles diproduksi dengan mengumpulkan dana secara patungan. 

"Kita produksi secara meuripee sistemnya urunan dengan komunitas film dan jejaring yang kita miliki, kita buat proposal dan pitching ke teman-teman. Uang yang terkumpul pun bukan dalam jumlah besar," tutup Andri.

Baca juga: Bunuh diri massal kembali terjadi di China

Pewarta: Nurul Hasanah

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023