Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto menyatakan kisahnya bisa bersahabat dan bersekutu dengan eks panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Muzakir Manaf (Mualem) yang dulu saling perang, menjadi sejarah langka di dunia.
"Ini saya kira suatu kejadian yang langka di sejarah dunia. Saya mantan panglima Kostrad, Jenderal Kopassus, sementara Muzakir Manaf mantan Panglima Aceh, kok kita bisa bersatu. Ini yang di luar pemikiran banyak orang," kata Prabowo di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Prabowo Subianto dalam sambutannya pada silaturahmi dengan ulama dan tokoh masyarakat Aceh bersama Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang turut dihadiri Muzakir Manaf, di Banda Aceh.
Baca juga: Relawan Prabowo-Gibran ditembak di Sampang, Prabowo: Kita lihat nanti hasil penyelidikannya
Dengan kedekatan emosional dan rekonsiliasi yang telah terjadi selama ini, kata Prabowo, menjadi bukti bagaimana persatuan menjadi bagian yang terpenting bagi negeri ini.
Dalam kesempatan ini, Prabowo juga mengapresiasi dan terima kasih kepada rakyat Aceh karena telah memberikan dukungan besar saat dirinya berjuang dalam Pilpres 2019 lalu.
"Kita saling merangkul, jadi ini yang buat saya selalu emosional, puncaknya pemilihan Presiden lalu. Salah satunya, saya dapat dukungan paling besar di Aceh. Saya minta maaf sesudah kalah, saya belum ke Aceh," ujarnya.
Prabowo juga mengungkapkan bahwa hubungan emosional antara dirinya dengan Aceh sudah berlangsung lama.
Di mana, ayahanda Prabowo, Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan perintis Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.
"Orang tua saya, Prof. Soemitro dari awal sangat dekat dengan tokoh-tokoh Aceh, dan sempat menjadi dosen terbang, beliau sangat bangga, selalu cerita kepada kami terbang ke Aceh dan memberi kuliah," katanya.
Baca juga: Tanggapi pengungsi rohingya, Prabowo: Masih banyak rakyat kita yang hidupnya masih susah
Tidak hanya itu, perjuangan Prof. Soemitro kemudian berlanjut saat ia bersama rakyat Aceh saling dukung di masa-masa sulit, seperti ketika terjadinya pergolakan di tahun 1950-an.
Selanjutnya, orang tuanya juga ikut berjuang bersama tokoh-tokoh dan rakyat Aceh dalam masa-masa sulit di tahun 50-an, di mana Indonesia mengalami pergolakan karena permasalahan ideologi.
"Sesudah itu pun hubungan emosional saya tidak berhenti, karena saya juga terus menerus berhubungan baik, dan puncaknya adalah bahwa saya bisa bersatu dengan tokoh-tokoh dari Partai Aceh," demikian Prabowo.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Prabowo: Menyatu dengan eks panglima GAM jadi sejarah langka di dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
"Ini saya kira suatu kejadian yang langka di sejarah dunia. Saya mantan panglima Kostrad, Jenderal Kopassus, sementara Muzakir Manaf mantan Panglima Aceh, kok kita bisa bersatu. Ini yang di luar pemikiran banyak orang," kata Prabowo di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Prabowo Subianto dalam sambutannya pada silaturahmi dengan ulama dan tokoh masyarakat Aceh bersama Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang turut dihadiri Muzakir Manaf, di Banda Aceh.
Baca juga: Relawan Prabowo-Gibran ditembak di Sampang, Prabowo: Kita lihat nanti hasil penyelidikannya
Dengan kedekatan emosional dan rekonsiliasi yang telah terjadi selama ini, kata Prabowo, menjadi bukti bagaimana persatuan menjadi bagian yang terpenting bagi negeri ini.
Dalam kesempatan ini, Prabowo juga mengapresiasi dan terima kasih kepada rakyat Aceh karena telah memberikan dukungan besar saat dirinya berjuang dalam Pilpres 2019 lalu.
"Kita saling merangkul, jadi ini yang buat saya selalu emosional, puncaknya pemilihan Presiden lalu. Salah satunya, saya dapat dukungan paling besar di Aceh. Saya minta maaf sesudah kalah, saya belum ke Aceh," ujarnya.
Prabowo juga mengungkapkan bahwa hubungan emosional antara dirinya dengan Aceh sudah berlangsung lama.
Di mana, ayahanda Prabowo, Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan perintis Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.
"Orang tua saya, Prof. Soemitro dari awal sangat dekat dengan tokoh-tokoh Aceh, dan sempat menjadi dosen terbang, beliau sangat bangga, selalu cerita kepada kami terbang ke Aceh dan memberi kuliah," katanya.
Baca juga: Tanggapi pengungsi rohingya, Prabowo: Masih banyak rakyat kita yang hidupnya masih susah
Tidak hanya itu, perjuangan Prof. Soemitro kemudian berlanjut saat ia bersama rakyat Aceh saling dukung di masa-masa sulit, seperti ketika terjadinya pergolakan di tahun 1950-an.
Selanjutnya, orang tuanya juga ikut berjuang bersama tokoh-tokoh dan rakyat Aceh dalam masa-masa sulit di tahun 50-an, di mana Indonesia mengalami pergolakan karena permasalahan ideologi.
"Sesudah itu pun hubungan emosional saya tidak berhenti, karena saya juga terus menerus berhubungan baik, dan puncaknya adalah bahwa saya bisa bersatu dengan tokoh-tokoh dari Partai Aceh," demikian Prabowo.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Prabowo: Menyatu dengan eks panglima GAM jadi sejarah langka di dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023