Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) mencatat angka deforestasi di Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil, Aceh, mencapai 1.748 hektare sejak 2019 hingga 2023.

"Dugaan deforestasi di SM Rawa Singkil masih terus terjadi, luasnya terus meningkat dalam lima tahun terakhir," kata Manager Geographic Information System (GIS) Yayasan HAkA Lukmanul Hakim di Banda Aceh, Senin.

Lukman mengatakan berdasarkan pemantauan rutin melalui interpretasi secara visual citra satelit, kehilangan tutupan di SM Rawa Singkil pada 2023 mencapai 832 hektare.

"Artinya ada tutupan hutan yang ukurannya lebih dari dua kali lapangan sepak bola hilang setiap harinya selama tahun 2023," ujarnya. 

Angka deforestasi di rumah terakhir orangutan itu pun semakin meningkat tajam apabila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yakni 28 hektare pada 2019, 43 hektare 2020, 165 hektare 2021, dan 716 hektare 2022.

"Data tersebut bukaan baru, bukan akumulasi dari tahun sebelumnya," jelasnya. 

Secara rinci, ia menyebutkan bahwa di sana terjadi perambahan di mana pada 2023 yaitu Januari seluas 46 hektare, Februari 88 hektare, Maret 70 hektare, April 54 hektare, Mei 48 hektare, Juni 66 hektare, dan Juli seluas 49 hektare.

Kemudian, pada Agustus seluas 83 hektare, September 72 hektare, paling tinggi aktivitasnya pada Oktober 2023 yaitu mencapai 114 hektare, lalu turun lagi seluas 73 hektare, November dan Desember masing-masing 68 hektare.

Dirinya menambahkan, dugaan kegiatan deforestasi itu paling banyak terjadi di Kecamatan Trumon, Aceh Selatan. Hasil pantauan, terdapat sekitar 666 hektare tutupan hutan di SM Rawa Singkil hilang dari Januari-November 2023. 

"Penyebabnya ada indikasi terjadinya konversi hutan ke area perkebunan dan kanal," kata Lukman.
 

Pewarta: Nurul Hasanah

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024