Majelis Adat Aceh (MAA) menyatakan pesat kebudayaan asing yang masuk sekarang ini menjadi ancaman bagi kelestarian adat budaya dan tradisi masyarakat di provinsi ujung barat Indonesia tersebut.

Ketua MAA Tgk Yusdedi di Banda Aceh, Kamis, mengatakan maraknya kebudayaan asing masuk sekarang ini tidak dapat dibendung. Namun, kebudayaan asing tersebut bisa diproteksi, sehingga tidak menggerus adat istiadat dan budaya Aceh.

"Pesat perkembangan zaman ini menjadi ancaman bagi adat istiadat dan budaya Aceh. Ancaman itu harus disikapi agar adat istiadat dan budaya Aceh tidak tergerus maraknya kebudayaan asing sekarang ini," katanya.

Oleh karena itu, kata Tgk Yusdedi, masyarakat harus mampu menyaring atau memfilter kebudayaan asing tersebut. Tanpa filter yang ketat, maka generasi sekarang tidak bisa mewariskan adat istiadat dan budaya tersebut kepada generasi berikutnya.

"Kita sebagai masyarakat harus terus menjaga serta melestarikan adat istiadat dan budaya tersebut. Warisan endatu ini harus bisa diwariskan generasi sekarang kepada generasi di masa mendatang," katanya.

Tgk Yusdedi mengatakan adat istiadat dan budaya tersebut merupakan perilaku sehari-hari masyarakat. Adat istiadat dan budaya Aceh kental dengan nuansa islami. Jika ini tidak dijaga, maka dikhawatirkan identitas islami tersebut bakal tergerus.

Ia mengatakan adat istiadat dan budaya di masa sekarang tidak bisa disamakan dengan zaman dulu. Sebab itu, pelestarian adat istiadat dan budaya tersebut harus terus beradaptasi dengan perkembangan zaman.

"Adat istiadat maupun kebudayaan tidak boleh hilang dan kemajuan zaman juga tidak boleh diabaikan. Artinya, pelestarian adat istiadat dan kebudayaan harus saling menyesuaikan," kata Tgk Yusdedi.

Baca juga: Kejari Banda Aceh usut dugaan korupsi di MAA, capai Rp5,6 miliar
 

Pewarta: M.Haris Setiady Agus

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024