Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Aceh Timur mencatat, volume sampah yang dihasilkan masyarakat mencapai sekitar 1.200 ton per hari pascabencana banjir yang melanda sejumlah kecamatan di daerah itu.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Peningkatan Kapasitas pada DLH Kabupaten Aceh Timur Zulfikar di Aceh Timur, Selasa, mengatakan produksi sampah di Aceh Timur meningkat drastis dibandingkan kondisi normal sebelum banjir.
"Lonjakan produksi sampah ini dipicu aktivitas masyarakat seperti membersihkan rumah, fasilitas umum, serta kawasan permukiman dari material banjir," katanya.
Zulfikar menyebutkan sampah material banjir di antaranya lumpur, kayu, perabot rumah tangga yang rusak, plastik, serta sisa-sisa bangunan roboh diseret arus banjir.
"Masyarakat secara serentak membersihkan rumah dan lingkungan pascabanjir. Aktivitas ini berdampak pada meningkatnya volume sampah, mencapai 1.200 ton per hari. Jika dalam kondisi norma, produksi sampah berkisar 40 hingga 50 ton per hari," katanya.
Menurut dia, volume tersebut jauh di atas rata-rata produksi sampah harian dalam kondisi normal di Kabupaten Aceh Timur. Kondisi tersebut menjadi tantangan besar bagi pemerintah daerah, khususnya DLH.
Baca: BPBD: Rumah rusak akibat banjir di Aceh Timur mencapai 17.120 unit
Tantangan tersebut, kata dia, dalam menangani dan pengangkutan sampah agar tidak menimbulkan dampak lanjutan, seperti pencemaran lingkungan, bau tidak sedap, serta potensi penyebaran penyakit.
"DLH Kabupaten Aceh Timur mengerahkan seluruh armada pengangkut sampah yang tersedia, termasuk menambah jam operasional petugas kebersihan di lapangan," katanya.
Zulfikar menyebutkan pihaknya juga berkoordinasi lintas sektor dengan pemerintah kecamatan, gampong, serta relawan untuk mempercepat proses pengangkutan dan penanganan sampah pascabanjir.
"Kami mengoptimalkan seluruh armada dan personel yang ada. Namun, dengan jumlah sampah sebanyak itu, tentu membutuhkan waktu dan dukungan semua pihak. Karena itu, kami mengajak masyarakat memilah sampah sejak dari rumah, terutama antara sampah organik, nonorganik, dan material berbahaya," kata Zulfikar.
Ia menambahkan penanganan sampah pascabanjir tidak hanya berfokus pada pengangkutan ke tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga pada pengelolaan limbah B3 yang berpotensi muncul, seperti limbah elektronik, baterai, dan bahan kimia rumah tangga yang rusak akibat terendam air.
"Banjir memang sudah surut di beberapa wilayah, tetapi pekerjaan besar saat ini adalah memastikan lingkungan kembali bersih dan sehat. Penanganan sampah menjadi kunci agar tidak muncul masalah baru pascabencana," kata Zulfikar.
Baca: Disdikbud: Ratusan bangunan sekolah rusak akibat banjir di Aceh Timur
Editor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2025