Kutacane (Antaranews Aceh) - Sejumlah petani jagung di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, mengaku, terpaksa memanen dini hasil tanaman pangan mereka akibat tingginya intensitas hujan dalam dua bulan terakhir di wilayah setempat.
"Memang belum sempat terendam air, tapi jagung kami sebagian telah membusuk," ujar Fatimah (42), petani jagung di Desa Perapat Sepakat, Kecamatan Babussalam, Kutacane, Selasa.
Ia melanjutkan sambil memperlihatkan bagian tongkol jagung yang telah membusuk, dan sebagian lagi telah berwarna kekuningan mengatakan, pedangang pengumpul enggan membeli tanaman pangan jenis ini bagi yang tidak berwarna orange.
Jika laku dijual pun, lanjutnya, maka hasil panen dini dengan harga yang relatif murah atau tidak sesuai harga berlaku di pasaran dan saat ini sebesar Rp3.600 per kilogram.
Seperti diketahui, data Dinas Pertanian Aceh Tenggara luas tanaman pangan jenis padi 16.679 hektare dengan masa tanam tiga kali dalam satu tahun dan mampu memproduksi jagung sekitar 220 ribu ton per tahun
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa Aceh Tenggara merupakan kabupaten nomor lima yang berhasil mengentaskan kemiskinan dari 23 kabupaten/kota di Aceh karena daerah sentra produksi jagung dalam satu hektare rata-rata dapat memproduksi 7,2 ton per hektare.
"Syukur-syukur bisa balik modal, untuk membeli bibit (jagung) dan pupuk lagi. Bila tidak, saya akan tanam bawang merah karena cuma dua bulan bisa panen," ungkap Rajasah (61), petani jagung lainnya.
Hairul (45), petani jagung lain di wilayah Aceh berbatasan dengan Kabupaten Karo, Sumater Utara beralasan, lebih baik memanen dini walau usia tanaman belum cukup, ketimbang jagung terus dibiarkan membusuk.
Pihaknya tidak memikirkan kerugian yang harus ditanggung jutaan rupiah, karena jagung tersebut sedianya tinggal menunggu satu bulan lahi atau masa panen tiba.
"Biasanya biji buah jagung tumbuh normal dengan panen berwarna orange, tengkulak membeli seharga Rp3.600 per kilogram. Tapi hasil jagung saya kali ini paling dihargai sekitar Rp2.700 per kilogram," terangSuhardinya.
Abdurrahman Maha (53), salah satu ketua kelompok tani setempat mengharapkan ada perhatian dari pemerintah daerah karena musim hujan telah mengakibatkan petani lebih cepat memanen berakibat terancam merugi.
"Kami berharap, perhatian dari pemerintah untuk bagi para petani. Setidaknya mendapat bantuan bibit untuk melakukan tanam jagung yang telah busuk akibat tergenagn air," tutur dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
"Memang belum sempat terendam air, tapi jagung kami sebagian telah membusuk," ujar Fatimah (42), petani jagung di Desa Perapat Sepakat, Kecamatan Babussalam, Kutacane, Selasa.
Ia melanjutkan sambil memperlihatkan bagian tongkol jagung yang telah membusuk, dan sebagian lagi telah berwarna kekuningan mengatakan, pedangang pengumpul enggan membeli tanaman pangan jenis ini bagi yang tidak berwarna orange.
Jika laku dijual pun, lanjutnya, maka hasil panen dini dengan harga yang relatif murah atau tidak sesuai harga berlaku di pasaran dan saat ini sebesar Rp3.600 per kilogram.
Seperti diketahui, data Dinas Pertanian Aceh Tenggara luas tanaman pangan jenis padi 16.679 hektare dengan masa tanam tiga kali dalam satu tahun dan mampu memproduksi jagung sekitar 220 ribu ton per tahun
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa Aceh Tenggara merupakan kabupaten nomor lima yang berhasil mengentaskan kemiskinan dari 23 kabupaten/kota di Aceh karena daerah sentra produksi jagung dalam satu hektare rata-rata dapat memproduksi 7,2 ton per hektare.
"Syukur-syukur bisa balik modal, untuk membeli bibit (jagung) dan pupuk lagi. Bila tidak, saya akan tanam bawang merah karena cuma dua bulan bisa panen," ungkap Rajasah (61), petani jagung lainnya.
Hairul (45), petani jagung lain di wilayah Aceh berbatasan dengan Kabupaten Karo, Sumater Utara beralasan, lebih baik memanen dini walau usia tanaman belum cukup, ketimbang jagung terus dibiarkan membusuk.
Pihaknya tidak memikirkan kerugian yang harus ditanggung jutaan rupiah, karena jagung tersebut sedianya tinggal menunggu satu bulan lahi atau masa panen tiba.
"Biasanya biji buah jagung tumbuh normal dengan panen berwarna orange, tengkulak membeli seharga Rp3.600 per kilogram. Tapi hasil jagung saya kali ini paling dihargai sekitar Rp2.700 per kilogram," terangSuhardinya.
Abdurrahman Maha (53), salah satu ketua kelompok tani setempat mengharapkan ada perhatian dari pemerintah daerah karena musim hujan telah mengakibatkan petani lebih cepat memanen berakibat terancam merugi.
"Kami berharap, perhatian dari pemerintah untuk bagi para petani. Setidaknya mendapat bantuan bibit untuk melakukan tanam jagung yang telah busuk akibat tergenagn air," tutur dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018