Kutacane (Antaranews Aceh) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Blangbintang menyebut, suhu udara terasa sangat menyengat terutama di daerah pesisir pantai karena dewasa ini sedang berlangsung masa pancaroba yang melanda sejumlah wilayah di Aceh.

"Peningkatan suhu udara sangat terasa, terutama di siang hari pekan ini, akibat masa pancaroba," jelas Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Blangbintang, Zakaria melalui sambungan telepon seluler dari Kutacane, Jumat.

Menurutnya, masa pancaroba atau masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau yang diperkirakan terjadi di seluruh daerah pada provinsi bagian Utara di Pulau Sumatera hingga awal Maret tahun 2018.

Analisis pihaknya menyatakan, suhu udara saat ini terutama di wilayah pesisir pantai di Aceh, menjadi naik dengan rata-rata maksimal berkisar antara 30 hingga 33 derajat Celcius, dan hembusan angin memiliki kecepatan lima sampai 40 kilometer per jam.

Efek dari sinar matahari yang menyengat tersebut, jelas dia, segala gejala cuaca buruk yang ditimbulkan terkena dampak cuaca seperti puting beliung baik di darat atau di laut akan berkurang.

"Otomatis hujan pun, semakin berkurang. Kalau pun ada, cuma hujan yang bersifat lokal dengan durasi yang sangat singkat. Meski intensitas hujan turun dengan ringan hingga sedang," ucap Zakaria.

Namun, lanjutnya, di pertengahan Maret hingga awal April tahun ini, diperkirakan akan terdapat sedikit penambahan curah hujan di sejumlah daerah atau tidak merata pada 23 kabupaten/kota di Aceh.

"Ini disebabkan tanggal 23 Maret 2018, posisi matahari tepat di garis khatulistiwa. Ada sejumlah daerah di Aceh terpengaruh fenomena ini, dan dampaknya peningkatan curah hujan saat matahari berada di garis equator atau garis edar matahari," terang dia.

"BMKG mengimbau masyarakat di Aceh untuk menjaga kesehatan dengan perbanyak konsumsi buah, dan air. Ini agar tidak terjadi kekurangan cairan di tubuh atau dehidrasi, lalu memakai masker, dan helm yang dapat melindungi kepala serta mata dari debu," tutur Zakaria, menyarankan.

Sejumlah petani di Aceh Tenggara, terlihat mengenakan penutup kepala dari kain yang lusuh, walau telah mengenakan jilbab jika pergi ke sawah atau keluar dari rumah akibat panas yang menyengat.

"Kita tambah dengan pakai ini (kain lusuh) di kepala, agar tak terasa panas," ujar Fatima (45), petani di Desa Perapat Sepakat, Babussalam, Kutacane.

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018