Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Islam sebagai agama yang membawa keselamatan terhadap sesamanya, selalu memerintahkan dan mengajarkan kepada umatnya untuk tidak begitu saja menerima atau menelan mentah-mentah setiap berita atau informasi yang disampaikan kepadanya, apalagi yang berbau negatif terhadap seseorang atau suatu kaum.

‎Di zaman serba canggih dengan teknologi informasi saat ini khususnya lewat berbagai media sosial, sangat mudah untuk menerima dan menyebarkan informasi apa saja yang diolah sedemikian rupa, sehingga terkadang mengarah kepada berita bohong atau fitnah.

Karenanya, jika menerima berita dari orang lain seperti itu, maka Allah SWT memerintahkan kita untuk selalu tabayyun, yakni melakukan verifikasi, check and re-check, meneliti kembali informasi tersebut, tidak langsung latah dengan terburu-buru menyebarkan lagi karena jika itu bohong dikhawatirkan berdampak tidak baik dengan tersebarnya fitnah di tengah umat Islam.

Demikian antara lain disampaikan Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Tgk. Mulyadi Nurdin Lc MH, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Rabu (28/3) malam.

"Ketika kita menerima informasi atau berita yang tidak jelas sumbernya, prinsip tabayyun ini harus dikedepankan. Karena bisa jadi berita yang disampaikan itu bersifat mengadu domba atau berisi kebohongan, fitnah yang bisa menimbulkan perselisihan di tengah-tengah kaum muslimin. Seharusnya,‎ seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya," ujar Tgk. Mulyadi Nurdin.

Dia mengatakan, masyarakat diminta menghindari berita bohong atau hoax dengan meneliti dan menyeleksi berita-berita yang beredar serta tidak tergesa-gesa dalam berkesimpulan hingga jelas permasalahannya.

"Jika kita tidak memverifikasi, mengklarifikasi, memeriksa, dan meneliti suatu informasi yang muncul, lalu ikut menyebarkannya kepada orang-orang, dikhawatirkan kita akan menimpakan kecelakaan kepada suatu kaum karena keteledoran kita. Akibatnya, kita pun bakal menyesali perbuatan tersebut, ketika orang lain sudah menjadi korban fitnah," sebutnya.

Dalam penjelasannya, Mulyadi Nurdin juga mengutip Al-Qur'an Surat Al Hujurat ayat 6, yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Untuk itu, lanjut Mulyadi Nurdin, melakukan tabayyun (cek dan ricek) terhadap berbagai isu yang berkembang di era digital ini sangat penting agar tidak terjadi fitnah yang berujung pada rusaknya persaudaraan dan kehidupan sosial lainnya.

Lebih lanjut, Mulyadi Nurdin menjelaskan, berita hoax sebenarnya telah berkembang jauh pada zaman-zaman dahulu, termasuk ketika zaman Rasulullah SAW. 

"Bahkan istri Rasulullah sendiri, Siti Aisyah RA, pernah menjadi korban berita hoax yang sempat menghebohkan kaum muslimin ketika itu," ungkapnya.

Mulyadi Nurdin lantas menjelaskan peristiwa munculnya berita hoax yang menimpa Siti Aisyah yang bahkan membuat Rasulullah tak berdaya melawan fitnah tersebut.

Saat itu Ummul Mukminin Aisyah RA menjadi korban fitnah karena diisukan telah berselingkuh dengan Shafwan ibn Muaththal. Di satu sisi Nabi Muhammad sangat sayang pada Aisyah dan berpikir bahwa tak mungkin Siti Aisyah melakukan tindakan tercela tersebut. 

Tapi di sisi lain, Nabi juga tak berdaya menghadapi isu tersebut yang menyebar luas. Orang munafik seperti Abdullah bin Ubay bin Salul memfitnah bahwa Siti Aisyah telah berselingkuh dengan Shafwan. Fitnah tersebut dengan cepat beredar hingga di Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum Muslimin.

‎Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasululah menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah. Diceritakan Aisyah, karena peristiwa itu dirinya akhirnya jatuh sakit.

"Akibatnya sampai membuat sikap Nabi terhadap Aisyah berubah. Nabi bersikap dingin terhadap Aisyah selama satu bulan," ujar Mulyadi menceritakan kisah yang membuat Aisyah cukup bersedih.

Kondisi fitnah itu tentu menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya. Selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad.

Efek negatif berita hoax yang menimpa istri Rasulullah tersebut bahkan baru bisa teredam dengan turunnya wahyu dari Allah SWT sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat An Nur, ayat 11-20.

Ayat ini Allah turunkan sebagai jawaban atas beredarnya fitnah yang menimpa Ummul Mukminin Aisyah RA.

Setelah ayat ini turun, kondisi kaum muslimin kembali normal dan bahkan semakin membaik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Kisah ini memberi pelajaran penting kepada kita, orang-orang munafik seperti Abdulah bin Ubay bin Salul, dari sejak Rasulullah sampai sekarang akan terus menebarkan fitnah dan kebencian kepada orang-orang mulia. Tak tanggung-tanggung, Abdullah bin Ubay berani memfitnah Rasulullah dan keluarganya dengan berita bohong. 

Untuk itu, Mulyadi Nurdin meminta semua pihak untuk membentengi diri dari pengaruh berita bohong dengan melakukan tabayyun terhadap isu-isu yang berkembang.
 
"Tabayyun harus menjadi prosedur tetap bagi setiap muslim dalam menerima informasi dari mana pun dan dalam lingkup apapun. Baik dalam keluarga, masyarakat, dan bahkan bernegara. Betapa banyak perselisihan terjadi karena salah dalam memahami informasi, atau tidak melakukan verifikasi dan klarifikasi terkait objek yang disampaikan," pungkas Mulyadi.‎‎

Pewarta: Humas KWPSI

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018