Saat ini, di antara liga-liga besar Eropa, Liga Utama Inggris adalah salah satu yang sulit diprediksi ujung kompetisinya akan berhenti di mana.
Di Spanyol, berselisih 10 poin dari penguntit terdekatnya Atletico Madrid, Barcelona sulit disusul siapa pun sehingga Lionel Messi cs memiliki kemungkinan lebih besar untuk kembali menjadi juara La Liga.
Pun demikian dengan Serie A Italia. Memimpin klasemen dengan selisih 15 poin, Juventus yang kian mengerikan setelah Cristiano Ronaldo berlabuh di sini, terlalu sulit untuk dicegah klub-klub di bawahnya. Ambisi Juve menciptakan rekor delapan kali berturut-turut menjadi scudetto atau juara liga pun, sama sekali bukan khayalan.
Apalagi Paris St Germain di Ligue 1 yang hampir mustahil dikejar karena saat ini pun berselisih 20 poin di atas peringkat kedua klasemen, Lille. PSG hanya perlu menang tiga kali dari delapan pertandingan tersisa, untuk kembali menyandang gelar juara Liga Prancis. Itu pun jika Lille tak tergelincir pada tiga pertandingan ke depan.
Yang mirip dengan Inggris adalah Bundesliga Jerman. Di kedua liga, dua peringkat teratas ketat bersaing. Dua tim teratas masih mungkin terkejar, kendati sangat sulit terjadi.
Bayern Muenchen dan Dortmund sama-sama mengantongi 60 poin. Mereka bersaing ketat menjadi juara liga. Klub-klub di bawah mereka memang masih memiliki kemungkinan mengejar, tetapi jalan terlalu terjal untuk mereka daki agar bisa mengejar Bayern dan Dortmund.
Liga Premier hampir mirip dengan Bundesliga. Di sini, ada dua jenis tekanan. Tekanan pertama melibatkan Manchester City dan Liverpool, yakni bersaing memperebutkan status juara.
Tekanan kedua mengikutkan empat klub di bawahnya ketika Tottenham, Arsenal, Manchester United dan Chelsea akan mati-matian mengakhiri kompetisi pada posisi empat besar di zona Liga Champions.
Enam klub Inggris ini dipaksa berlari kencang dengan tak boleh menoleransi satu pun kekalahan, termasuk hasil seri.
Mereka dipaksa memikul tugas berat, menjaga keseimbangan untuk tetap dalam perburuan trofi Eropa di satu sisi dan finis pada empat besar di sisi lain, karena mereka juga masih bertarung baik di Liga Champions maupun Liga Europa.
Tottenham, Liverpool, Manchester City, dan Manchester United di Liga Champions, sedangkan di Liga Europa ada Arsenal dan Chelsea.
Semua laga dianggap final
Dengan masih bersaingnya klub-klub Inggris di Liga Champions dan Liga Europa, ada kemungkinan tim yang menempati posisi empat tidak lolos ke Liga Champions musim depan.
Mengapa begitu? Karena, seandainya klub Liga Premier menjuarai Liga Champions tahun ini tetapi di kompetisi domestik tidak masuk empat besar dan jika Arsenal atau Chelsea menjuarai Liga Europa tetapi gagal finis pada urutan empat klasemen liga, maka hanya tiga besar klasemen liga Inggris yang masuk Liga Champions musim depan.
Inggris memiliki jatah lima klub yang boleh berkompetisi di Liga Champions.
Dengan berselisih hanya empat poin di antara tim-tim yang menempati posisi tiga sampai enam klasemen, Spurs, Arsenal, MU dan Chelsea akan menjadikan semua dari delapan pertandingan tersisa sebagai laga final.
Tottenham berada di pole position, walaupun hanya memetik satu poin dari empat pertandingan terakhir dijalaninya.
Spurs harus menghadapi pertandingan-pertandingan berat seperti laga emosional melawan Crystal Palace pada Rabu 3 April dan yang paling berat adalah dijajal Liverpool yang kemudian Manchester City untuk menguji seberapa hebat sejatinya mereka.
Arsenal yang satu poin di bawah Spurs, pelan-pelan mendapatkan lagi ritme dan kepercayaan diri. Arsenal lebih aman dibandingkan dengan tiga pemburu empat besar lainnya karena dalam delapan pertandingan tersisa tak akan bertemu tim-tim lainnya yang menempati enam besar klasemen liga.
Tetapi, The Gunners harus hati-hati menghadapi tim-tim yang acap membuat kejutan seperti Wolves, Watford dan Everton.
Kemudian Manchester United yang dua dari delapan pertandingan tersisanya harus menghadapi pertandingan berat melawan Chelsea dan Manchester City.
Setelah tersungkur di tangan Wolves pada Piala FA, akhir pekan lalu, Ole Gunnar Solskjaer segera mengingatkan para pemainnya bahwa April dan Mei adalah bulan-bulan penentu perjalanan ke empat besar. Bahkan gelandang Nemanja Matic sampai mengingatkan Arsenal dan Chelsea bahwa MU fokus ke empat besar.
Terakhir Chelsea. Menempati urutan keenam, The Blues harus bertandang ke Liverpool dan MU dalam delapan perjalanan terakhirnya di liga. Tetapi Chelsea tetap masih berpeluang finis pada empat besar, kendati belakangan tidak konsisten.
Semua orang mengkhawatirkan ketidakkonsistenan ini, termasuk Cesar Azpilicueta yang tak bisa menyembunyikan kekesalannya saat digebuk Everton, akhir pekan lalu.
"Setiap kali gagal meraih tiga poin, anda menempatkan diri anda pada posisi sulit," kata dia seperti dikutip The Guardian. "Kami harus bertarung karena kami tak boleh kehilangan kualifikasi Liga Champions."
Oleh karena itu, selain akan menyajikan petualangan seru mereka di Liga Champions dan Liga Europa musim ini, klub-klub Liga Inggris akan menyajikan pertarungan-pertarungan mendebarkan sampai 12 Mei nanti.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
Di Spanyol, berselisih 10 poin dari penguntit terdekatnya Atletico Madrid, Barcelona sulit disusul siapa pun sehingga Lionel Messi cs memiliki kemungkinan lebih besar untuk kembali menjadi juara La Liga.
Pun demikian dengan Serie A Italia. Memimpin klasemen dengan selisih 15 poin, Juventus yang kian mengerikan setelah Cristiano Ronaldo berlabuh di sini, terlalu sulit untuk dicegah klub-klub di bawahnya. Ambisi Juve menciptakan rekor delapan kali berturut-turut menjadi scudetto atau juara liga pun, sama sekali bukan khayalan.
Apalagi Paris St Germain di Ligue 1 yang hampir mustahil dikejar karena saat ini pun berselisih 20 poin di atas peringkat kedua klasemen, Lille. PSG hanya perlu menang tiga kali dari delapan pertandingan tersisa, untuk kembali menyandang gelar juara Liga Prancis. Itu pun jika Lille tak tergelincir pada tiga pertandingan ke depan.
Yang mirip dengan Inggris adalah Bundesliga Jerman. Di kedua liga, dua peringkat teratas ketat bersaing. Dua tim teratas masih mungkin terkejar, kendati sangat sulit terjadi.
Bayern Muenchen dan Dortmund sama-sama mengantongi 60 poin. Mereka bersaing ketat menjadi juara liga. Klub-klub di bawah mereka memang masih memiliki kemungkinan mengejar, tetapi jalan terlalu terjal untuk mereka daki agar bisa mengejar Bayern dan Dortmund.
Liga Premier hampir mirip dengan Bundesliga. Di sini, ada dua jenis tekanan. Tekanan pertama melibatkan Manchester City dan Liverpool, yakni bersaing memperebutkan status juara.
Tekanan kedua mengikutkan empat klub di bawahnya ketika Tottenham, Arsenal, Manchester United dan Chelsea akan mati-matian mengakhiri kompetisi pada posisi empat besar di zona Liga Champions.
Enam klub Inggris ini dipaksa berlari kencang dengan tak boleh menoleransi satu pun kekalahan, termasuk hasil seri.
Mereka dipaksa memikul tugas berat, menjaga keseimbangan untuk tetap dalam perburuan trofi Eropa di satu sisi dan finis pada empat besar di sisi lain, karena mereka juga masih bertarung baik di Liga Champions maupun Liga Europa.
Tottenham, Liverpool, Manchester City, dan Manchester United di Liga Champions, sedangkan di Liga Europa ada Arsenal dan Chelsea.
Semua laga dianggap final
Dengan masih bersaingnya klub-klub Inggris di Liga Champions dan Liga Europa, ada kemungkinan tim yang menempati posisi empat tidak lolos ke Liga Champions musim depan.
Mengapa begitu? Karena, seandainya klub Liga Premier menjuarai Liga Champions tahun ini tetapi di kompetisi domestik tidak masuk empat besar dan jika Arsenal atau Chelsea menjuarai Liga Europa tetapi gagal finis pada urutan empat klasemen liga, maka hanya tiga besar klasemen liga Inggris yang masuk Liga Champions musim depan.
Inggris memiliki jatah lima klub yang boleh berkompetisi di Liga Champions.
Dengan berselisih hanya empat poin di antara tim-tim yang menempati posisi tiga sampai enam klasemen, Spurs, Arsenal, MU dan Chelsea akan menjadikan semua dari delapan pertandingan tersisa sebagai laga final.
Tottenham berada di pole position, walaupun hanya memetik satu poin dari empat pertandingan terakhir dijalaninya.
Spurs harus menghadapi pertandingan-pertandingan berat seperti laga emosional melawan Crystal Palace pada Rabu 3 April dan yang paling berat adalah dijajal Liverpool yang kemudian Manchester City untuk menguji seberapa hebat sejatinya mereka.
Arsenal yang satu poin di bawah Spurs, pelan-pelan mendapatkan lagi ritme dan kepercayaan diri. Arsenal lebih aman dibandingkan dengan tiga pemburu empat besar lainnya karena dalam delapan pertandingan tersisa tak akan bertemu tim-tim lainnya yang menempati enam besar klasemen liga.
Tetapi, The Gunners harus hati-hati menghadapi tim-tim yang acap membuat kejutan seperti Wolves, Watford dan Everton.
Kemudian Manchester United yang dua dari delapan pertandingan tersisanya harus menghadapi pertandingan berat melawan Chelsea dan Manchester City.
Setelah tersungkur di tangan Wolves pada Piala FA, akhir pekan lalu, Ole Gunnar Solskjaer segera mengingatkan para pemainnya bahwa April dan Mei adalah bulan-bulan penentu perjalanan ke empat besar. Bahkan gelandang Nemanja Matic sampai mengingatkan Arsenal dan Chelsea bahwa MU fokus ke empat besar.
Terakhir Chelsea. Menempati urutan keenam, The Blues harus bertandang ke Liverpool dan MU dalam delapan perjalanan terakhirnya di liga. Tetapi Chelsea tetap masih berpeluang finis pada empat besar, kendati belakangan tidak konsisten.
Semua orang mengkhawatirkan ketidakkonsistenan ini, termasuk Cesar Azpilicueta yang tak bisa menyembunyikan kekesalannya saat digebuk Everton, akhir pekan lalu.
"Setiap kali gagal meraih tiga poin, anda menempatkan diri anda pada posisi sulit," kata dia seperti dikutip The Guardian. "Kami harus bertarung karena kami tak boleh kehilangan kualifikasi Liga Champions."
Oleh karena itu, selain akan menyajikan petualangan seru mereka di Liga Champions dan Liga Europa musim ini, klub-klub Liga Inggris akan menyajikan pertarungan-pertarungan mendebarkan sampai 12 Mei nanti.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019