Pernah menjadi salah satu negara yang paling ditakuti dalam sepak bola wanita, Brazil menatap Piala Dunia Putri di Prancis di bawah bayang-bayang perjalanan terburuk dalam sejarah mereka.

"Kami harus bersatu," kata gelandang Erika kepada Reuters setelah pertandingan pemanasan terakhir Brasil melawan Skotlandia berakhir dengan kekalahan 0-1.

"Sembilan kali kalah berturut-turut untuk tim Brazil yang selalu ingin menang adalah tidak normal tetapi kami bekerja keras dan saya kira apa pun yang terhadi pada Piala Dunia maka akan kian kuat dan kian berpengalaman dan saya yakin kami akan lanjut dengan mentalitas baru," sambung Erika.

"Ini fase persiapan," tambah gelandang Corinthians itu. “Ketika kami di sana maka akan 0-0 untuk semua orang.”

Brasil menghuni Grup C bersama Jamaika, Australia dan Italia. Brasil berambisi melewati pencapaian terakhir pada 2007 ketika mereka ditaklukkan Jerman pada final.

Sejak mengalahkan Jepang 2-1 Juli tahun lalu, Brasil gagal memenangkan semua pertandingan kandang dan tandang setelah itu. Itu termasuk kalah dari para favorit Piala Dunia seperti Amerika Serikat, Prancis, Jepang dan Inggris.

Mereka kini berperingkat 10 dunia atau yang paling rendah dalam sejarah mereka. Erika mengakui fakta-fakta ini akan membuat lawan-lawan Brasil menjadi berani.

"Tim-tim yang lain akan melihat bahwa kami lebih lemah secara psikologis ketimbang di lapangan, dan mereka tidak banyak menaruh respek," sambung dia. "Saya kira mereka bisa melihat bahwa kami sedikit lemah."

Bagian dari masalah Brazil adalah instabilitas pada semua level pertandingan di Amerika Selatan.

Brazil sudah lima kali mengganti pelatih sejak 2011, dengan yang sekarang sudah melatih selama tiga tahun. Mereka berusaha keras menghadapi pergantian pelatih.

Striker bintang Marta, satu-satunya pemain yang enam kali dinobatkan sebagai Pemain Terbaik FIFA, masih menjadi andalan kendati umurnya sudah 33 tahun. Sedangkan gelandang Formiga sudah berusia 41 tahun. Hanya ada lima dari starting 11 melawan Skotlandia menjadi anggota skuat untuk Piala Dunia 2015.

Tapi Erika menegaskan bahwa tim-tim Amerika Selatan sanggup melancarkan kejutan. "Kami tak pernah mengikuti turnamen dengan hanya memikirkan lolos dari grup atau urutan kedua, kami memikirkan bagaimana memenangkan medali emas dan itu masih menjadi tujuan kami," sambung dia.

"Saya sepakat bahwa kami kehilangan esensi itu pada pertandingan-pertandingan terakhir kami tetapi kami akan bangkit lagi. Kami akan mengejutkan banyak orang," tutup dia seperti dikutip Reuters.

Baca juga: Mengenal Amandine Henry pemimpin Prancis di Piala Dunia

Pewarta: Jafar M Sidik

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019