Sebagian besar masyarakat di Provinsi Aceh masih membuat paspor agar bisa mudik ke kampung halaman guna merayakan Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriyah, meski harus transit dulu di negara Malaysia.

Kondisi ini terjadi akibat masih mahalnya harga tiket pesawat dengan rute domestik (dalam negeri) dengan biaya yang harus dikeluarkan pemudik untuk sekali terbang mencapai Rp2 jutaan.

"Sampai saat ini masih banyak warga Aceh yang bikin paspor untuk bisa mudik Lebaran tahun ini, ini terjadi karena masih mahalnya harga tiket pesawat," kata Kepala Kantor Imigrasi Kelas II non TPI Meulaboh, Imam Santoso kepada Antara di Meulaboh, Jumat (17/5) malam.

Menurut keterangan warga, masyarakat lebih senang untuk terbang ke Kuala Lumpur dari Bandara Internasional Blang Bintang, Aceh Besar, Aceh dan kemudian terbang ke daerah tujuan seperti di Jakarta, atau rute lain di Pulau Jawa termasuk di Sulawesi dan daerah lainnya di Indonesia.

Karena biaya yang harus dikeluarkan apabila memilih transit, jauh lebih murah yakni dengan biaya sekitar ratusan ribu rupiah atau paling tinggi Rp1 jutaan untuk sekali terbang.

Jika menggunakan rute domestik, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh pemudik jumlahnya semakin membesar dan mencapai belasan juta untuk sekali terbang, apabila pemudik membawa serta anak dan isteri ke kampung halaman.

"Rata-rata pembuat paspor mengeluh, mereka beralasan terpaksa buat paspor agar biaya mudik lebaran jauh lebih murah," kata Imam Santoso.

Tidak hanya untuk pemudik, kondisi ini juga berlaku bagi masyarakat Aceh yang hendak ke Jakarta. Warga mengaku terpaksa terbang ke Kuala Lumpur karena tiket dari luar negeri menuju ke Jakarta jauh lebih murah daripada tiket dengan rute dalam negeri.

Dampak dari persoalan ini, saat ini permintaan pembuatan paspor di sejumlah kantor Imigrasi di Aceh masih dipenuhi oleh masyarakat yang ingin terbang ke dalam negeri, namun memilih transit di luar negeri, katanya.

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019