Forum 98 Aceh mendesak kepolisian mengungkap dugaan pembakaran rumah wartawan Harian Serambi Indonesia di Kutacane, Aceh Tenggara, karena ada indikasi dilakukan sengaja.
"Kami mengindikasikan rumah Asnawi, wartawan Harian Serambi Indonesia dibakar dengan sengaja. Karena itu, kepolisian harus mengungkap siapa otak pelakunya," kata Juru Bicara Forum 98 Aceh Taufik Abdullah di Banda Aceh, Kamis.
Indikasi tersebut, sebelumnya ada orang atau pihak tak dikenal mendatangi rumah korban. Pelaku juga disebut-sebut sempat berkomunikasi dengan keluarga korban.
Taufik Abdullah menyebutkan, kasus ini menguatkan asumsi bahwa kebebasan pers mulai diusik. Bukan tidak mungkin teror yang muncul dari Aceh Tenggara menyebar bagi jurnalis lainnya di seluruh Aceh.
Perilaku yang diperlihatkan menjadi satu cara membantai para jurnalis, yang bakal mungkin terjadi kapan saja dan di mana saja untuk pekerja media, kata Dosen Ilmu Politik Universitas Malikulsaleh, Lhokseumawe, tersebut.
"Kami khawatirkan jika motifnya, pelaku, dan dalangnya tidak bisa diungkap, tentu akan menjadi presiden buruk bagi kalangan jurnalis. Insan pers semakin dipasung oleh ketakutan, ketidakberdayaan dalam mengungkap kebenaran dan keadilan karena berhadapan dengan ancaman," ujar Taufik Abdullah.
Menurut Taufik, teror dan ancaman terhadap pekerja media bisa berdampak laten. Berbagai fenomena sosial dan dinamika perubahan yang melatarinya, bakal tidak menjadi sorotan media lagi.
Kondisi ini akan menyebabkan lahirnya berbagai tirani dalam tatanan sosiokultural masyarakat. Di samping itu, pemerintah merasa leluasa dalam membuat dan menjalankan kebijakan biarpun tanpa proyeksi yang jelas.
Dan ini akan menjadi malapetaka bagi jurnalis dan media dalam melakukan fungsi kontrolnya terhadap kebijakan para pihak, baik di kalangan swasta maupun pemerintah," pungkas Taufik Abdullah.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Kami mengindikasikan rumah Asnawi, wartawan Harian Serambi Indonesia dibakar dengan sengaja. Karena itu, kepolisian harus mengungkap siapa otak pelakunya," kata Juru Bicara Forum 98 Aceh Taufik Abdullah di Banda Aceh, Kamis.
Indikasi tersebut, sebelumnya ada orang atau pihak tak dikenal mendatangi rumah korban. Pelaku juga disebut-sebut sempat berkomunikasi dengan keluarga korban.
Taufik Abdullah menyebutkan, kasus ini menguatkan asumsi bahwa kebebasan pers mulai diusik. Bukan tidak mungkin teror yang muncul dari Aceh Tenggara menyebar bagi jurnalis lainnya di seluruh Aceh.
Perilaku yang diperlihatkan menjadi satu cara membantai para jurnalis, yang bakal mungkin terjadi kapan saja dan di mana saja untuk pekerja media, kata Dosen Ilmu Politik Universitas Malikulsaleh, Lhokseumawe, tersebut.
"Kami khawatirkan jika motifnya, pelaku, dan dalangnya tidak bisa diungkap, tentu akan menjadi presiden buruk bagi kalangan jurnalis. Insan pers semakin dipasung oleh ketakutan, ketidakberdayaan dalam mengungkap kebenaran dan keadilan karena berhadapan dengan ancaman," ujar Taufik Abdullah.
Menurut Taufik, teror dan ancaman terhadap pekerja media bisa berdampak laten. Berbagai fenomena sosial dan dinamika perubahan yang melatarinya, bakal tidak menjadi sorotan media lagi.
Kondisi ini akan menyebabkan lahirnya berbagai tirani dalam tatanan sosiokultural masyarakat. Di samping itu, pemerintah merasa leluasa dalam membuat dan menjalankan kebijakan biarpun tanpa proyeksi yang jelas.
Dan ini akan menjadi malapetaka bagi jurnalis dan media dalam melakukan fungsi kontrolnya terhadap kebijakan para pihak, baik di kalangan swasta maupun pemerintah," pungkas Taufik Abdullah.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019