Banda Aceh (ANTARA) - Pelaku industri kecil menengah (IKM) di Aceh mengeluhkan biaya ekspor ikan tuna ke Malaysia sejak tidak ada lagi pelayanan pengiriman barang ekspor ke negeri jiran tersebut dari maskapai penerbangan yang melayani rute Aceh-Kuala Lumpur.
"Sejak maskapai penerbangan rute Aceh-Kuala Lumpur tidak melayani kargo, biaya pengiriman ekspor tuna ke Malaysia membengkak karena terpaksa menggunakan rute dan maskapai penerbangan lain," kata Muslem, pelaku ekspor ikan tuna, di Banda Aceh, Jumat.
Muslem yang juga Direktur Usaha Dagang (UD) Nagata Tuna menyebutkan tidak ada lagi pelayanan kargo maskapai tujuan Kuala Lumpur sudah berlangsung sejak sebulan terakhir.
Untuk mengirim tuna ke Malaysia, kata Muslem, pihaknya menggunakan maskapai nasional Garuda Indonesia. Namun, rutenya dari Aceh ke Jakarta, dan dari Jakarta ke Kuala Lumpur.
"Dari segi biaya, jelas membengkak lebih dari dua kali. Kalau langsung dari Aceh ke Kuala Lumpur, biaya kargo per kilogram hanya Rp11 ribu. Sedangkan via Jakarta Rp24 ribu per kilogram," kata Muslem.
Muslem mengatakan usaha miliknya terpaksa menanggung bebas biaya pengiriman yang membengkak tersebut untuk menjaga hubungan dagang sebab hubungan terputus atau terhenti, sulit membangunnya kembali.
"Kami juga tidak bisa menaikkan harga jual karena kalau harganya naik, importir tidak mau membeli. Mereka memilih produk ikan tuna dari negara lain. Kalau di Malaysia, harga jualnya 50 ringgit per kilogram," kata Muslem.
Oleh karena itu, Muslem mengharapkan bantuan pemerintah untuk mengatasi persoalan biaya kargo via penerbangan yang tinggi tersebut, sehingga pelaku IKM Aceh memiliki daya saing ekspor.
"Jika kondisi seperti ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin IKM di Aceh menghentikan ekspornya. Seperti ekspor tuna ke Jepang, sudah kami hentikan sejak setahun lalu karena mahalnya biaya kargo maskapai penerbangan," kata Muslem.
IKM Aceh keluhkan biaya kargo ekspor tuna ke Malaysia
Jumat, 28 Februari 2020 19:48 WIB