Lhokseumawe (ANTARA) - Cuaca ekstrem dan gelombang tinggi sejak sepekan terakhir di Lhokseumawe, Aceh, mengakibatkan ratusan nelayan di daerah takut untuk melaut.
"Sudah sepekan lebih nelayan tidak berani melaut karena gelombang tinggi dan pasang laut di kawasan pesisir Selat Malaka," kata Ridwan, nelayan di Lhokseumawe, Rabu.
Dari pantauan, terlihat banyak kapal nelayan yang terparkir di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pusong, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Sementara pada hari biasa hanya terparkir beberapa kapal saja.
Ridwan mengatakan, gelombang tinggi mencapai 2,5 meter tersebut terjadi akibat pengaruh pergantian musim penghujan pada bulan Desember, hal tersebut juga menyebabkan nelayan kesulitan untuk menangkap ikan.
"Ada juga beberapa nelayan yang berani melaut, meskipun tangkapannya tidak maksimal," katanya.
Ridwan menambahkan, akibat banyaknya nelayan yang tidak laut membuat pasokan ikan di wilayah tersebut sangat minim, sehingga harga ikan mulai melambung tinggi.
"Sekarang harga ikan segar di pasar juga mengalami kenaikan karena para pedagang kekurangan stok, sementara permintaan banyak," kata Ridwan.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Malikussaleh Lhokseumawe Siswanto mengatakan cuaca buruk mengakibatkan gelombang tinggi tersebut disebabkan pasang purnama yang diprediksi terjadi hingga 9 Desember mendatang.
"Prediksinya pasang purnama tersebut terjadi sampai besok, namun dalam dua hari selanjutnya masih ada sisa-sisa efek dari energi pasang purnama," katanya.
Siswanto menyebutkan, gelombang tersebut sangat berisiko tinggi bagi nelayan yang beraktivitas di laut, terutama bagi nelayan tradisional.
"BMKG mengimbau nelayan agar tidak melaut melebihi jarak sekitar 10 kilometer dari bibir pantai karena sangat berisiko tinggi untuk keselamatan," katanya.
Nelayan di Lhokseumawe takut melaut akibat gelombang tinggi
Rabu, 8 Desember 2021 18:20 WIB