Furqan, pedagang di pusat pasar tradisional Lhokseumawe, Minggu mengatakan, sudah setahun terakhir, jahe yang banyak dijual di pasar hasil produksi petani di Aceh.
Hal itu berbeda pada tahun sebelumnya, dimana jahe yang dijual di pasar banyak jahe impor, terutama dari Thailand. Namun, seiring makin ramainya petani lokal yang menanam jahe, maka salah satu komoditi pertanian tersebut bisa merajai pasar lokal.
Ia menambahkan, meskipun sebelumnya harga jahe impor lebih murah dari jahe lokal dan juga bentuknya lebih besar dari jahe lokal, akan tetapi sebenarnya masyarakat lebih memilih jahe lokal, karena rasanya lebih pedas dan terasa.
"Namun, dikarenakan saat itu, produksi jahe lokal sangat minim, akhirnya masuk jahe impor. Namun seiring mulai banyak produksi lokal, maka tingkat konsumsi jahe impor menurun dengan sendirinya," ucap Furqan.
Lebih lanjut ia menyebutkan, harga jahe lokal sangat stabil, yakni Rp12 ribu/Kg, karena lancarnya pasokan dan suplay dari petani, sedangkan jahe impor Rp8.000/Kg.
Ia mengatakan, hampir sebagian besar komoditi jahe yang ada di sejumlah pasar tradisional di Lhokseumawe dan sekitarnya berasal dari petani lokal yang ada di Lhokseumawe dan Aceh Utara.
Kebutuhan jahe di Lhokseumawe, selain dikonsumsi untuk bumbu dapur, juga untuk bahan makanan dan minuman berbagai usaha kuliner, serta sebagai bahan campuran obat tradisional.