Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memimpin operasi pemusnahan ladang ganja di kawasan Lamteuba, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Jumat.
Pemusnahan ladang ganja tersebut turut dikuti anggota DPR HM Nasir Djamil, Kapolda Aceh Irjen Pol M Husein Hamidi, Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh Raja Nafrizal, Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI L Rudy Polandi, serta ratusan personel Polri dan TNI.
Pemusnahan tersebut merupakan rangkaian Operasi Bersinar Rencong 2016 di wilayah hukum Kepolisian Daerah (Polda) Aceh. Pemusnahan dilakukan dengan jalan mencabut dan membakar ribuan batang ganja.
Di ladang ganja itu, jenderal berbintang empat tersebut sempat berdialog dengan sejumlah mantan petani ganja. Petani tersebut kini sudah beralih dari menanam ganja ke tanaman hortikultura.
Kapolri mengatakan, ladang ganja yang dimusnahkan mencapai 189 hektare yang tersebar di 23 titik di Provinsi Aceh. Dengan jumlah tanaman mencapai 75 ribu batang atau setara 579 ton ganja.
"Operasi ini tidak terlepas dari informasi masyarakat. Lokasi ladang ada yang sulit, ada yang tidak. Di tempat pemusnahan ini lokasinya mudah dijangkau," kata Kapolri.
Kapolri menyebutkan pemusnahan ini bukan sekadar memberantas ganja, tetapi bagaimana mengalihan petani dari menanam ganja ke tanaman bernilai ekonomis lainnya.
"Karena itu, peran pemerintah daerah memberdayakan masyarakat. Menempatkan penyuluh-penyuluh pertanian, sehingga petani Lamteuba, tidak lagi menanam ganja," kata dia.
Kapolri juga mengajak petani yang dulunya menanam ganja dan kini beralih ke tanam palawija bisa mengajak yang masih menanam ganja tidak lagi menanam tanaman terlarang tersebut.
Kapolri mengatakan narkoba sudah menjadi ancaman serius. Narkoba sifat konsumsinya. Pemakai menginginkan terus mengonsumsinya hingga syaraf rusak.
"Kalau saraf rusak tentu tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bawaannya malas. Pekerja tidak lagi bekerja, yang pelajar juga tidak lagi sekolah. Kalau tidak dicegah, maka semuanya menjadi rusak," kata Kapolri.
Aceh, kata dia, merupakan daerah produsen ganja terbesar. Namun, pola konsumsi terbanyak adalah sabu-sabu. Sabu-sabu lebih berbahaya lagi, namun juga sama-sama merusak saraf.
"Kami mengajak semua pihak mencegah dan memberantas narkoba. Narkoba bukan hanya tanggung jawab polisi, pemerintah, tetapi seluruh eleman masyarakat," kata Jenderal Badrodin Haiti.
Pemusnahan ladang ganja tersebut turut dikuti anggota DPR HM Nasir Djamil, Kapolda Aceh Irjen Pol M Husein Hamidi, Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh Raja Nafrizal, Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI L Rudy Polandi, serta ratusan personel Polri dan TNI.
Pemusnahan tersebut merupakan rangkaian Operasi Bersinar Rencong 2016 di wilayah hukum Kepolisian Daerah (Polda) Aceh. Pemusnahan dilakukan dengan jalan mencabut dan membakar ribuan batang ganja.
Di ladang ganja itu, jenderal berbintang empat tersebut sempat berdialog dengan sejumlah mantan petani ganja. Petani tersebut kini sudah beralih dari menanam ganja ke tanaman hortikultura.
Kapolri mengatakan, ladang ganja yang dimusnahkan mencapai 189 hektare yang tersebar di 23 titik di Provinsi Aceh. Dengan jumlah tanaman mencapai 75 ribu batang atau setara 579 ton ganja.
"Operasi ini tidak terlepas dari informasi masyarakat. Lokasi ladang ada yang sulit, ada yang tidak. Di tempat pemusnahan ini lokasinya mudah dijangkau," kata Kapolri.
Kapolri menyebutkan pemusnahan ini bukan sekadar memberantas ganja, tetapi bagaimana mengalihan petani dari menanam ganja ke tanaman bernilai ekonomis lainnya.
"Karena itu, peran pemerintah daerah memberdayakan masyarakat. Menempatkan penyuluh-penyuluh pertanian, sehingga petani Lamteuba, tidak lagi menanam ganja," kata dia.
Kapolri juga mengajak petani yang dulunya menanam ganja dan kini beralih ke tanam palawija bisa mengajak yang masih menanam ganja tidak lagi menanam tanaman terlarang tersebut.
Kapolri mengatakan narkoba sudah menjadi ancaman serius. Narkoba sifat konsumsinya. Pemakai menginginkan terus mengonsumsinya hingga syaraf rusak.
"Kalau saraf rusak tentu tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bawaannya malas. Pekerja tidak lagi bekerja, yang pelajar juga tidak lagi sekolah. Kalau tidak dicegah, maka semuanya menjadi rusak," kata Kapolri.
Aceh, kata dia, merupakan daerah produsen ganja terbesar. Namun, pola konsumsi terbanyak adalah sabu-sabu. Sabu-sabu lebih berbahaya lagi, namun juga sama-sama merusak saraf.
"Kami mengajak semua pihak mencegah dan memberantas narkoba. Narkoba bukan hanya tanggung jawab polisi, pemerintah, tetapi seluruh eleman masyarakat," kata Jenderal Badrodin Haiti.