Untuk kehati-hatian di era digital itu perlu informasi berbasis: sanad (narasumber kompeten), matan (konten yang dilengkapi tabayyun/klarifikasi/berimbang), keadilan/objektif, ukhuwah/kebersamaan) dan rawi (penyampai/media terverifikasi Dewan Pers/UKW/UU Pers/UU ITE). Tanpa sanad, matan, rawi, maka informasi itu harus ditinggalkan agar kita selamat dalam "berselancar" di era digital.
Dengan demikian, puasa Ramadhan pun bisa "naik kelas" dari hanya menahan lapar menjadi menahan diri, seperti difatwakan Habib Syech tentang pentingnya menghapus saling membenci, saling mencaci, dan saling menjelekkan, termasuk melalui dunia digital, agar puasa dan amalan yang ada tetap dihitung Allah sebagai kebaikan yang diterima oleh-Nya. Semoga.