Banda Aceh (ANTARA) - Ratusan personel Polda Aceh dari berbagai satuan mengikuti simulasi sistem pengamanan dalam rangka menghadapi kontijensi atau potensi terhadap gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Simulasi sistem pengamanan digelar di Lapangan Mapolda Aceh di Banda Aceh, Selasa. Simulasi disaksikan Kapolda Aceh Irjen Pol Achmad Kartiko serta para pejabat utama kepolisian daerah tersebut.
Simulasi melibatkan 665 personel dengan mengambil latar asumsi di Gedung DPR Aceh serta menggambarkan dinamika rutinitas masyarakat hingga terjadinya aksi unjuk rasa.
Baca juga: Polres Aceh Utara ungkap peredaran 992 gram sabu-sabu
Dalam skenario simulasi, Polda Aceh menurunkan pasukan pengendali massa, pasukan antihuru-hara, dan Den 45 Antianarkis untuk mengantisipasi potensi gangguan keamanan.
Aksi massa berujung anarkis, sehingga Polda Aceh mengerahkan kendaraan taktis armoured water cannon (AWC), melepaskan tembakan gas air mata, hingga menggunakan peluru hampa guna mengurai massa.
Aksi anarkis massa terus berlanjut dengan membakar dan menyerang petugas. Namun, petugas mampu mengatasi massa yang anarkis tersebut dengan tindakan tegas dan terukur.
Simulasi ditutup dengan pengerahan tim K-9 Direktorat Samapta atau polisi satwa untuk mendeteksi bahan peledak dan narkoba. Serta mengerahkan tim penjinak bom menangani bahan peledak melalui prosedur disposal atau peledakan.
Seluruh rangkaian simulasi dilaksanakan secara profesional dan terencana, menggambarkan berbagai eskalasi unjuk rasa dari damai hingga anarkis, menyerupai situasi nyata di lapangan.
Sebelum simulasi, Polda Aceh terlebih dahulu menggelar tactical floor game (TFG) untuk menyamakan persepsi dan memberikan gambaran situasional kepada personel yang terlibat dalam menghadapi potensi kontijensi.
Kapolda Aceh Irjen Pol Achmad Kartiko mengatakan simulasi tersebut bertujuan mengukur dan memastikan kesiapsiagaan seluruh personel dalam menghadapi berbagai situasi kontijensi, khususnya pengamanan aksi unjuk rasa, mulai dari situasi biasa, damai, hingga berkembang menjadi anarkis.
"Kami mengapresiasi kepada seluruh personel yang terlibat. Kegiatan ini bukan sekadar peragaan, melainkan latihan untuk menghadapi situasi nyata ke depan. Yang terdekat, peringatan Hari Buruh Internasional, Hari Kebangkitan Nasional, serta beberapa agenda lainnya," kata Achmad Kartiko.
Jenderal polisi bintang dua tersebut mengatakan tugas anggota Polri adalah mengamankan jalannya unjuk rasa, melindungi masyarakat, pengunjuk rasa itu sendiri, serta objek yang menjadi sasaran aksi.
Kapolda Aceh berharap metode simulasi ini dapat menjadi contoh bagi seluruh jajaran dalam mengamankan unjuk rasa. Semua personel harus menjaga situasi tetap kondusif, memedomani aturan perundang-undangan serta standar proses pengamanan.
"Kami juga mengingatkan seluruh jajaran meningkatkan soliditas internal dan sinergi dengan instansi lain, agar proses pengamanan dapat berjalan aman dan lancar. Polri sebagai alat negara harus benar-benar menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat," kata Achmad Kartiko.
Baca juga: Kronologi kecelakaan mobil yang ditumpangi Kajari Aceh Jaya di Sampoiniet