"Dengan banyaknya potensi yang dimiliki oleh daerah Aceh, tentunya bisa menjadi bagian dari rantai pasok global tersebut,” katanya.
Kegiatan Aceh Economic Forum ini juga menghadirkan Pembina Industri Ahli Madya Kementerian Industri, Indra Akbar Maulana, Founder Capli dan Dirut PT Rayeuk Aceh Utama, Fitriana, Ketua Pengurus Koperasi Kopi Baitul Qiradh (KBQ) Baburrayyan, Riswandi, dan Direktur Atsiri Research Centre Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Syaifullah Muhammad.
Dalam diskusi itu, Pembina Industri Ahli Madya Kementerian Industri, Indra Akbar Maulana, menyampaikan bahwa hiliriasi merupakan perwujudan Astacita Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Hiliriasi ini merupakan pain penting. Semua daerah punya potensi termasuk Aceh. Hanya saja perlu dikembangkan potensinya sehingga dapat menjadi pemasok untuk bahan baku ditingkat global,” katanya.
Baca: BI minta perbankan di Aceh memudahkan syarat KUR
Karena itu, dia pun mendorong pelaku industri di Aceh untuk meningkatkan inovasi dan berfokus dalam menciptakan produk bahan baku yang diperlukan oleh industri besar.
“Di Aceh kita punya sumber daya alam melimpah. Tapi, bagaimana agar sumber daya tersebut dapat diolah menjadi produk baku misalnya seperti gurita dapat diolah menjadi sasimi gurita, frozen food, takoyaki, atau hal lainnya yang dibutuhkan buyer,” katanya.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyampaikan bahwa Kementerian Perindustrian telah menghadirkan inovasi Penggunaan Kredit Industri Padat Karya (KIPK) yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri dalam mendukung pertumbuhan usahanya.
“KIPK ini dapat digunakan untuk pembelian mesin atau peralatan Produksi bagi pelaku industri industri yang minimal memiliki pegawai sebanyak 50 orang. Bantuan pembiayaan ini sudah dapat diakses melalui Bank Aceh Syariah,” katanya.
Baca: BI: Perkembangan perbankan di Aceh cukup baik, pembiayaan meningkat
