Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) bekerja sama dengan World Resource Institute (WRI) Indonesia melatih sejumlah aparatur pemerintahan sektor kehutanan dalam mendeteksi kerusakan hutan menggunakan alat "forest watcher".
Manajer Sistem Informasi Geografi Yayasan HAkA Agung Dwinurcahya di Banda Aceh, Jumat, mengatakan, pelatihan ini meningkatkan kapasitas aparatur kehutanan agar mampu menguasai teknologi pemantau hutan terkini.
"Dengan pelatihan ini, kami berharap aparatur pemerintahan sektor kehutanan mampu menguasai teknologi pemantau kawasan hutan menggunakan perangkat yang terhubung jaringan internet atau tidak," kata Agung.
Agung menyebutkan peserta pelatihan berasal dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kesatuan Pengelolaan Hutan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, dan lainnya.
Dengan menguasai alat tersebut, kata dia, pemantauan kawasan hutan menjadi lebih cepat, sehingga penanganan dan antisipasinya bisa dilakukan sedini mungkin.
"Dengan menggunakan alat ini tentunya pengawasan hutan Aceh bisa lebih meningkat lagi, sehingga laju penyusutan kawasan hutan bisa ditekan," kata Agung Dwinurcahya.
Alat pemantau hutan atau "forest watcher" merupakan suatu aplikasi berbasis web dan seluler. Alat ini memungkinkan pengguna mengetahui hilangnya tutupan pohon yang datanya diperbaharui setiap delapan hari.
Selain itu, alat tersebut juga memberikan data bagi penggunanya dalam mendeteksi titik-titik panas yang diduga kebakaran di kawasan hutan dengan akurasi hingga 375 meter.
"Beberapa institusi pemerintah sektor kehutanan telah memanfaatkan alat dan aplikasi pemantau hutan tersebut. Tentunya penggunaan alat ini memberi dampak positif terhadap pengawasan kehutanan di Provinsi Aceh," kata Agung Dwinurcahya.
Yayasan HAkA latih aparatur deteksi kerusakan hutan
Jumat, 2 Maret 2018 21:28 WIB