Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Industri manufaktur yang menyerap banyak tenaga kerja di Provinsi Aceh tumbuh hingga mendekati angka 21 persen sampai akhir tahun 2017.
"Jika kita hitung keseluruhan pada tahun lalu baik industri mikro dan kecil, tumbuh 20,99 persen," ucap Kepala Badan Pusat Statistik Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Senin.
Pihaknya mencatat, pada triwulan pertama selama tahun 2017 pertumbuhan mencapai 15,10 persen, dan triwulan kedua tumbuh paling tinggi sebesar 20,87 persen.
Memasuki triwulan ketiga, terjadi pertumbuhan minus yakni sekitar 0,82 persen, dan begitu juga dengan industri manufaktur di triwulan keempat mengalami minus 2,54 persen.
"Kalau dibanding dengan angka pertumbuhan nasional, maka cuma terjadi peningkatan produksi relatif kecil 4,74 persen," katanya.
Data BPS Aceh tahun 2017 menyebutkan, terdapat lima jenis industri manufaktur karena terus mengalami pertumbuhan positif hingga triwulan keempat seperti tekstil sebesar 14,22 persen.
Lalu industri kayu, barang dari kayu, barang dari kayu dan gabus yang tidak termasuk furnitur, dan barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenis tumbuh 12,99 persen.
Industri percetakan dan reproduksi media rekaman tumbuh sekitar 11,46 persen, dan industri furnitur sebesar 11,41 persen.
"Terakhir itu ada industri barang galian bukan logam tumbuh 3,02 persen, di samping industri pengolahan lain-lain di Aceh sebesar 55,98 persen," tutur Wahyudin.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto awal tahun ini memproyeksikan, subsektor yang akan memacu pertumbuhan manufaktur nasional yaitu industri baja dan otomotif, elektronika, kimia, farmasi, serta makanan dan minuman.
Subsektor ini, lanjut Menteri, diharapkan mampu mencapai target pertumbuhan industri pengolahan non-migas tahun 2018 yang telah ditetapkan sebesar 5,67 persen.
"Pada triwulan III tahun 2017, beberapa subsektor tersebut kinerjanya di atas pertumbuhan ekonomi. Misalnya, industri logam dasar sebesar 10,60 persen, industri makanan dan minuman 9,49 persen, serta industri alat transportasi 5,63 persen," kata Airlangga.
Menteri meyakini, sektor manufaktur masih menjadi kontributor terbesar bagi perekonomian nasional, di antaranya melalui peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor.
"Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri", ujarnya.
Industri manufaktur di Aceh tumbuh 21 persen
Senin, 19 Maret 2018 13:39 WIB