Takengon (Antaranews Aceh) - Masyarakat Kampung Serule, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah mendirikan pasantren untuk menunjang pendidikan agama di wilayah tersebut dengan sukarela mewakafkan tanahnya.
Salah seorang pendiri, Tgk Syahkirin kepada wartawan di pesantren tersebut menuturkan rencana pendirian pasantren tersebut telah berlangsung sejak lama atas saran dari almarhum Tgk H Mahmud Ibrahim.
Masyarakat kampung secara sukarela mewakafkan tanah mereka untuk pendirian pasantren yang kemudian diberi nama Sirajuddin Serule. Nama tersebut diambil dari nama tokoh agama asal daerah tersebut yaitu Syeh Sirajuddin.
"Tahun 2000 dihibahkan tanah oleh desa dan kita lanjutkan dengan pembuatan akta notaris hibah kepada pengelola pasantren ini," tutur Tgk Syahkirin.
Pasantren Sirajuddin Serule kini telah memiliki bangunan tiga kelas sebagai tahap awal lembaga pendidikan ini berdiri.
Bangunan tiga kelas tersebut, kata Tgk Syahkirin, diperoleh dari dana aspirasi yang diusulkan kepada perwakilan masyarakat Gayo di DPR Aceh, yakni melalui Anggota DPR Aceh Bardan Sahidi.
"Kami berdialog dengan Bardan Sahidi dari DPRA, jadi kata beliau ini dibuatkan terus permohonannya kita perjuangkan bersama-sama. Maka dari itu terus diperjuangkan dan lalu dimasukkan tiga bangunan ini yang sedang kita duduki ini," ujar Tgk Syahkirin.
Tgk Syahkirin berharap kedepannya pemerintah daerah dan semua pihak dapat terus membantu pembangunan pasantren tersebut.
Menurutnya, saat ini, Pasantren Sirajuuddin Serule telah resmi menerima santri sebanyak 37 orang.
"Jumlah santri yang bermukim Insyaallah berjumlah 27 orang terdiri dari laki-laki 18 orang dan perempuan 9 orang. Kemudian jumlah santri tidak bermukim mengingat usia dini, masih 4 tahun, itu berjumlah 10 orang, laki-laki 4 orang dan perempuan 6 orang," sebutnya.
Sementara tenaga pengajar di pasantren tersebut saat ini yakni ustad dan ustazah disebutkan berjumlah 13 orang yang terdiri laki-laki 9 orang dan perempuan 4 orang.
Tgk Syahkirin mengatakan, Pasantren Sirajuddin Serule akan mengusung tiga program unggulan yaitu hafalan Al Quran, seni kaligrafi Islam, dan bacaan kitab kuning.
"Yang pertama hafalan Al Quran, itu kita gembleng anak di sini siang dan malam, kemudian yang kedua kita jadikan di sini lembaga kaligrafi Islam, ini kita arahkan di sini supaya anak ini cinta terhadap seni, kemudian program yang ketiga adalah bacaan kitab kuning, untuk penegakan syariat," tutur Tgk Syahkirin.
Pasantren Sirajuddin Serule diresmikan langsung oleh Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar pada Minggu (24/6).
Dalam sambutanya, Shabela menyampaikan harapannya agar Pasantren Sirajuddin Serule dapat menjadi sarana bagi peningkatan kualitas pendidikan agama di daerah tersebut, khususnya di Kecamatan Bintang.
"Pada prinsipnya Dayah Sirajuddin Serule adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Nomor 20 tahun 2003. Namun dalam hal ini terdapat perbedaan yang mendasar dan lebih fokus pada bidang keagamaan," tutur Shabela Abubakar.
Sementara Anggota DPR Aceh, Bardan Sahidi yang turut hadir dalam acara peresmian tersebut dalam sambutannya menyampaikan bahwa pola pengajaran salafiah di pondok pasantren terbukti sangat baik seperti yang diterapkan oleh banyak pasantren ternama di Tanah Air yang terbukti mampu melahirkan generasi berkualitas.
"Hari ini pendidikan Islam telah menjadi role model, menjadi contoh baik bagaimana ketika Pondok Pasantren Gontor di Jawa Timur memberikan hasilnya. Pondok Pasantren Gontor kala itu tidak menggunakan kurikulum pendidikan nasional juga tidak menggunakan kurikulum pendidikan agama dari Kementerian Agama," sebut Bardan Sahidi.
Menurutnya model pendidikan di pondok pasantren adalah keterpaduan antara kurikulum pendidikan nasional dengan kurikulum pendidikan salafiah.
Hal itu kata Bardan telah dibuktikan oleh Pasantren Gontor yang banyak meluluskan santri dengan memiliki kemampuan bersaing melebihi lulusan sekolah lainnya dalam memperebutkan tempat di universitas ternama di Indonesia bahkan di luar negeri.
"Tidak kalah, makanya model pendidikan seperti ini terus dikembangkan, ini yang disebut pendidikan turun temurun apa yang disebut pendidikan salafiah," tutut Bardan.
Selain itu, kata Bardan, siswa yang menempuh pendidikan di pondok pasantren juga akan mendapatkan tiga keuntungan yakni dalam penerimaan ijazah yang diterbitkan oleh tiga lembaga mulai dari pemerintah daerah, Kementerian Agama, dan Dinas Pendidikan.
"Jadi beli satu dapat tiga," kata Bardan Sahidi.
Masyarakat Kampung Serule Aceh Tengah dirikan pesantren
Rabu, 27 Juni 2018 10:07 WIB
Tahun 2000 dihibahkan tanah oleh desa dan kita lanjutkan dengan pembuatan akta notaris hibah kepada pengelola pasantren ini