Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menyebutkan, kinerja produksi industri manufaktur, terutama industri besar dan sedang (IBS) di daerah itu memperlihatkan pertumbuhan 30,08 persen di kuartal II 2018.
"Di kuartal II 2018 produksi IBS mengalami pertumbuhan 30,08 persen, jika dibandingkan dengan produksi triwulan I tahun 2018," ujar Kepala BPS Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Kamis.
Namun jika dibandingkan dengan tahun 2017, lanjut dia, maka produksi IBS di kuartal II tahun ini justeru mengalami peningkatan produksi yang cukup besar, yakni 62,64 persen.
Tetapi tidak banyak jenis industri bisa dikelompokkan IBS di provinsi paling Barat di Indonesia ini, dan sangat berbeda dengan jenis usaha industri mikro dan kecil (IMK).
Pada di kuartal II tahun ini produksi IMK yang disurvei 769 usaha di 23 kabupaten/kota di Aceh mengalami pertumbuhan 3,87 persen.
"Dibanding tahun sebelumnya `year on year`, maka produksi industri mikro dan kecil di kuartal II 2018 mengalami pertumbuhan sebesar 4,86 persen," katanya.
Beberapa jenis IMK di kuartal II tahun ini memperlihatkan pertumbuhan produksi yang cukup baik dibanding kuartal I, seperti kelompok industri pakaian jadi sebesar 25,60 persen.
Lalu industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki dengan pertumbuhan sebesar 23,31 persen, serta industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional 17,02 persen.
"Tapi industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer dengan pertumbuhan negatif -23,19 persen. Industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya -7,46 persen," terang Wahyudin.
Pemerintah awal tahun ini telah memproyeksikan, subsektor yang akan memacu pertumbuhan manufaktur nasional, yakni industri baja dan otomotif, elektronika, kimia, farmasi, serta makanan dan minuman.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengharapkan beberapa subsektor ini, mampu mencapai target pertumbuhan industri pengolahan non-migas tahun 2018 yang telah ditetapkan sebesar 5,67 persen.
"Pada triwulan III tahun 2017, beberapa subsektor tersebut kinerjanya di atas pertumbuhan ekonomi. Misalnya, industri logam dasar sebesar 10,60 persen, industri makanan dan minuman 9,49 persen, serta industri alat transportasi 5,63 persen," kata Airlangga.
Menteri meyakini, sektor manufaktur masih memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian nasional, di antaranya melalui peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor.
"Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri", ujarnya.
Industri manufaktur di Aceh tumbuh 30,08 persen
Kamis, 2 Agustus 2018 18:24 WIB