Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Perkumpulan Peduli Nelayan Tuna Aceh menyatakan nelayan di provinsi ujung Barat Indonesia tersebut masih menggunakan alat tangkap tradisional.
"Alat tangkap nelayan tuna Aceh masih tradisional, sehingga hasil tangkapnya tidak optimal," kata Sekretaris Perkumpulan Peduli Nelayan Tuna Aceh T Ayatullah Bani di Banda Aceh, Selasa.
Ayatullah Bani yang akrab disapa Bang Tam menyebutkan alat tangkap nelayan tuna Aceh yang belum modern. Di antaranya mulai dari alat pancing, pelacak posisi ikan hingga GPS.
Padahal, alat tangkap modern tersebut sangat dibutuhkan. Selain hasil tangkap bisa lebih optimal, biaya operasional nelayan juga bisa ditekan.
Seperti GPS, kata dia, dengan alat itu nelayan bisa menentukan titik koordinat lokasi pemancingan tuna. Ketika nelayan kembali waktu berikutnya, mereka lebih gampang menuju lokasi tersebut.
"Kalau sekarang, mereka masih meraba titik pemancingan tuna sebelumnya. Akibatnya, waktu tempuh bisa lebih panjang, biaya operasional juga bisa membengkak," kata dia.
Begitu juga dengan boat atau kapal, nelayan Aceh masih menggunakan boat dengan teknologi sederhana. Serta, boat-boat yang digunakan tidak mampu melewati jika terjadi gelombang tinggi.
"Padahal, saat gelombang tinggi, kawanan tuna berada di sekitar pesisir. Namun, karena boat yang digunakan tidak mampu melewati gelombang tinggi, maka kesempatan menangkap tuna terbuang begitu saja," sebut dia.
Oleh karena itu, Ayatullah mengharapkan pemerintah maupun pemerintah daerah membantu nelayan tuna meningkatkan alat tangkap menjadi lebih modern. Sebab, nelayan tidak mampu membeli alat-alat tangkap modern karena ketiadaan biaya.
"Tanpa dukungan pemerintah, sulit bagi nelayan meningkatkan teknologi alat tangkap. Padahal, semakin modern alat tangkap, tentu semakin optimal hasil yang didapat," kata Ayatullah Bani.
Nelayan tuna Aceh masih gunakan alat tradisional
Rabu, 31 Oktober 2018 7:36 WIB