Paris, Prancis (Antaranews Aceh/Anadolu-OANA) - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Jumat (30/11) mengatakan kepada putra mahkota Arab Saudi bahwa ahli internasional perlu dilibatkan dalam penyelidikan pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi, demikian laporan media Prancis.
Pernyataan Macron dikeluarkan selama pertukaran pandangan selama lima menit dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman di sisi konferensi dua-hari Pertemuan Puncak G20 di Buenos Aires, Argentina, kata Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu.
Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang bekerja untuk The Washington Post, dibunuh tak lama setelah ia memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober.
Setelah mengatakan ia telah menolak Konsulat tersebut dalam keadaan hidup, Arab Saudi beberapa pekan kemudian mengakui bahwa ia terbunuh di sana, dan menyalahkan sekelompok agen merah Arab Saudi atas kematian Khashoggi.
Pada Selasa (27/11), pemimpin mayoritas di Senat AS mengatakan "satu jenis reaksi" mesti diberikan mengenai peran Arab Saudi dalam pembunuhan Jamal Khashoggi.
Mitch McConnel, yang dipandang sebagai sekutu utama Presiden AS Donald Trump di Konggrs, mengatakan kepada wartawa: "Apa yang sebenarnya terjadi, sebagaimana dilaporkan oleh CIA, benar-benar mengerikan bagi semua yang menjadi pegangan Amerika Serikat."
"Kami sedang membahas apa reaksi yang tepat," ia menambahkan.
Putra Mahkota Arab saudi menghadapi kecaman karena dugaan perannya dalam pembunuhan tersebut.
"Tak seorang pun percaya bahwa kita mesti sepenuhnya merusak hubungan kita dengan Arab Saudi," kata McConnel.
Dengan mengutip keterangan pejabat Elysee, beberapa laporan mengatakan Macron juga menekankan perlunya untuk menemukan penyelesaian politik bagi situasi di Yaman.
Lebih dari 14 juta dosis vaksin untuk anak-anak telah dikirim ke Kota Aden di Yaman Selatan --yang saat ini menjadi ibu kota sementara pemerintah, kata Dana Anak PBB (UNICEF) pada Kamis (29/11).
"Lebih dari 14 juta dosis vaksi rubella dan campak telah tiba di Bandar Udara Internasional Aden," kata Kantor UNICEF di Yaman di akun Twitter. Dosis vaksin itu, katanya, cukup untuk memenuhi keperluan sebanyak 13 juta anak yang berusia antara enam bulan dan 15 tahun.
"Vaksin itu dikirim sebagai bagian dari tahap selanjutnya kegiatan nasional melawan campak dan rubella di Yaman," kata lembaga tersebut.
Yaman telah dirongrong kerusuhan sejak 2014, ketika kelompok gerilyawan Syiah Al-Houthi menguasai sebagian besar negeri itu, termasuk Ibu Kotanya, Sana'a.
Konflik tersebut meningkat pada 2015, ketika Arab Saudi dan sekutu Arabnya melancarkan serangan udara yang memporak-porandakan di Yaman dengan tujuh membalikkan perolehan gerilyawan Al-Houthi.
Macron: ahli global diperlukan bagi penyelidikan kasus Khashogi
Sabtu, 1 Desember 2018 11:04 WIB