Meulaboh (ANTARA) - Pakar dari Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar Meulaboh, Muhammad Faisi Ikhwali, ST M Eng menyatakan, penanganan banjir besar yang selama ini kerap melanda sejumlah kabupaten di wilayah pantai barat selatan (Barsela) Aceh harus dilakulan dengan cara pengembangan permodelan hidrologi.
"Pendekatan metode seperti ini, merupakan solusi kongkrit penuntasan banjir dan masalah kekeringan yang selama ini sering terjadi di beberapa kabupaten di wilayah barat selatan dan bagian Aceh lainnya," katanya kepada Antara di Meulaboh, Jumat (15/3).
Alumni S2 Civil Engineering-Water Resource Engineering, Khon Kaen University, Thailand ini juga mengatakan selama ini kajian-kajian yang dilakukan untuk mengatasi banjir tidak menemui sasaran yang tepat.
Menurutnya, penanggulangan banjir yang dilakukan oleh pemerintah daerah dilakukan hanya secara parsial atau tidak melihat masalah secara kompleks di daerah aliran sungai (DAS), sehingga masalah banjir tersebut dapat dikatakan sebagai fenomena tahunan, karena bertahun-tahun tidak terselesaikan.
Seperti yang terjadi di Kecamatan Kuala Tripa dan Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya serta Kabupaten lainnya di Provinsi Aceh, dan dalam kurun waktu beberapa bulan yang lalu di Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Simeuleu, Kabupaten Aceh Barat Daya, dan Kabupaten Aceh Selatan, yang merendam 33 Kecamatan dengan jumlah 113 desa pada tahun 2018.
Sehingga masyarakat di daerah tersebut terpaksa harus dievakuasi ke daratan yang elevasinya lebih tinggi.
Menurutnya, bencana banjir dapat memberikan dampak besar yang akan menghancurkan sektor-sektor ekonomi. Banjir menyebabkan harga pangan melonjak apabila air yang tergenang terlalu lama.
Kenaikan harga bahan pokok diakibatkan oleh rusaknya lahan-lahan pertanian, sehingga meningkatkan biaya produksi bagi petani. Tidak hanya di sektor ekonomi, bencana banjir juga memberi dampak untuk lingkungan dan manusia.
Solusi kongkrit untuk menuntaskan masalah banjir, kata Muhammad Faisi, harus digunakan metode terintegrasi antar semua komponen sumber daya air pada kawasan/di dalam DAS khususnya seperti di Kabupaten Nagan Raya.
"Oleh karena itu, perlu dikembangkan permodelan hidrologi untuk semua DAS yang ada di Kabupaten Nagan Raya," katanya.
Konsep dari permodelan hidrologi ialah melakukan simulasi siklus air yang ada di dalam DAS di Kabupaten Nagan Raya.
Model hidrologi dibantu dengan hydrodynamic modelling ini dapat melakukan visualisasi dan kuantifikasi banjir dengan akurat sehingga dapat memudahkan stakeholder (pemangku kepentingan) untuk mengambil langkah selanjutnya yang tepat guna.
Belakangan ini, model hidrologi sedang digunakan dalam proyek-proyek nyata di seluruh dunia untuk memecahkan masalah rekayasa hidrologi dalam suatu kawasan seperti banjir, kekeringan dan suplai air.
Untuk menghadapi tantangan-tantangan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air, model hidrologi telah dikembangkan untuk menganalisis, memahami, dan mengeksplorasi solusi untuk pengelolaan air yang berkelanjutan serta untuk mendukung pengambilan keputusan stakeholder di daerah.
"Model ini tidak hanya menyelesaikan masalah banjir saja, akan tetapi juga dapat dijadikan sebagai inventaris daerah untuk perecanaan jaringan suplai air untuk kebutuhan pertanian dan rumah tangga," jelasnya.
Langkah awal untuk mengembangkan sebuah "watershed model" dengan menyiapkan dan memperbaiki data-data geospatial dan climatology.
Data-data ini penting disediakan oleh Pemda dan harus dapat diakses secara terbuka oleh publik.
Keterbukaan data dapat membuka ruang bagi akademisi untuk melakukan riset-riset mengenai pengelolaan DAS dan membantu dalam pengembangan permodelan hidrologi.
Hasil-hasil riset yang dilakukan oleh akademisi nantinya dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah dan tidak parkir di rak-rak perpustakaan kampus saja.
Data-data yang akan digunakan untuk mengembangkan hydrological modelling juga akan digunakan untuk perencanaan bangunan-bangunan hidrolika sebagai infrastruktur pendukung.
"Faktanya, hari ini sering munculnya masalah pada bangunan-bangunan hidrolika, menurut hemat saya disebabkan oleh perencanaan yang kurang didasari data-data hydro-climatology," tuturnya.
Sehingga tidak heran bangunan-bangunan air yang ada di Nagan Raya bahkan di Propinsi Aceh secara keseluruhan tidak tepat guna karena dalam perencanaannya tidak didukung dengan data-data yang benar.
Tidak hanya di Nagan Raya, hampir semua kabupaten di Aceh tidak merekam dengan baik data hidrologi seperti data curah hujan, meteorologi dan debit sungai.
Keadaan seperti ini sangat menyulitkan perencana dalam mencari solusi penanganan banjir khususnya.
Nantinya setelah Hydrological modelling dikembangkan, model ini dapat dijadikan instrument oleh pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan terkait pengelolahan lahan di kabupaten – kabupaten tersebut.
Menururnya, model ini dapat dojadikan alat yang dapat memberikan rekomendasi dan solusi secara tepat dan cepat apabila dalam kawasan terjadi perubahan lahan yang signifikan.
Model memudahkan untuk mengidentifikasi dan mengantifikasi dampak-dampak yang diakibatkan oleh konversi lahan dan perubahan cuaca yang sedang menjadi isu-isu penting di tingkat global.
Untuk saat ini, sudah banyak jenis permodelan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan banjir dan permasalahan sumber daya air lainya. Akan tetapi alangkah baiknya pemerintah daerah memilih jenis permodelan yang sudah terintergrasi secara penuh setiap komponen sumber daya air di dalam satu DAS.
Permodelan yang terintegrasi secara penuh dapat memberikan simulasi semua aspek hidrologi dengan lebih akurat.
"Permodelan yang mensimulasikan semua aspek hidrologi dapat memberi gambaran untuk kepentingan pengelolaan air tanah juga. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang dapat menjanjikan," tutupnya.
Pakar: penanganan banjir di Barsela Aceh harus dengan permodelan hidrologi
Jumat, 15 Maret 2019 15:07 WIB