Jakarta (ANTARA) - Pemerintah meningkatkan kesiagaan layanan kesehatan di wilayah Mina untuk mengantisipasi proses ibadah haji yang menguras tenaga dengan berjalan kaki jarak jauh yang dilakukan dalam beberapa hari.

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengantisipasi segala potensi permasalahan kesehatan yang mungkin timbul di Mina dengan Pos Kesehatan Mina.

Pos Kesehatan Mina telah disiapkan di kawasan Misi Haji Indonesia, tepatnya di Maktab 50 dengan kapasitas sebanyak 40 tempat tidur yang diperkuat dengan tenaga kesehatan dari Daerah Kerja Kesehatan Madinah.

Mina merupakan lokasi peribadatan terberat dengan melaksanakan lontar jumroh di Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah dengan berjalan kaki berkisar antara 6-14 kilometer pergi pulang dari tenda menuju lokasi hingga kembali lagi ke tendanya.

Jarak sejauh itu harus diltempuh jamaah haji selama empat hari berturut-turut, terutama bagi jamaah yang memilih nafar tsani atau meninggalkan Mina pada 13 Zulhijah. Situasi ini sangat menguras energi dan dapat memicu gangguan kesehatan.

Pos Kesehatan Mina sudah beroperasi sejak 9 Zulhijah (10/8) atau sejak jamaah haji selesai melaksanakan Wukuf di Padang Arafah. Pos kesehatan rencananya akan dibuka sampai dengan 13 Zulhijah atau 14 Agustus 2019 usai seluruh jemaah haji meninggalkan Mina.

Menurut data Sistem Informasi Kesehatan Haji Indonesia hingga Minggu (11/8) sore waktu setempat, pos kesehatan telah melayani sebanyak 184 jamaah haji. “Kasus terbanyak kelelahan dan "heat stroke". Tapi sebagian besar sudah stabil dan dikembalikan ke kloternya,” ujar salah seorang tenaga medis di Poskes Mina dr. Zainal Abidin.

Selain Pos Kesehatan Mina yang semi permanen, pemerintah juga menyiapkan 10 pos satelit yang masing-masing lima pos di jalur atas dan bawah menuju Jamarat.

Di setiap pos terdapat lima orang anggota Tim Gerak Cepat (TGC) dan Tim Pendukung Kesehatan (TPK) yang bekerja 24 jam dalam tiga jadwal. Di beberapa pos juga bersiaga satu unit ambulans.

Indonesia menjadi satu-satunya negara yg diperbolehkan memiliki ‘pos darurat’ dan menempatkan ambulansnya di tiga titik di sepanjang jalur menuju jamarat. “Di tiap pos ada empat tenaga kesehatan di setiap shift,” kata Koordinator TGC dr. Erwinsyah.

Baca juga: Tim kesehatan siap layani jamaah dalam proses Arafah-Mina
Baca juga: Mekkah diguyur hujan saat Amirul Hajj jalan kaki ke Jumarat
Baca juga: Pemerintah siagakan tim dan pos kesehatan jelang Arafah-Mina

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019