Emisi sebagian besar disebabkan oleh deforestasi
Jakarta (ANTARA) - Kebakaran hutan Amazon di Brazil, yang skala luasannya dapat terlihat dari luar angkasa membawa kekhawatiran yang dalam mengingat bencana itu dapat memicu lonjakan emisi karbon secara global.

Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Intan Suci Nurhati kepada ANTARA di Jakarta, Jumat, mengatakan, hutan Amazon adalah paru-paru dunia yang mengubah gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen yang dalam prosesnya menjadi reservoir pengikat karbon.

Baca juga: Brasil cabut status cagar alam Amazon

Intan yang juga mewakili Indonesia dalam panel ahli perubahan iklim antarpemerintah (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) dalam Kerangka kerja PBB untuk Konvensi Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) mengatakan perubahan tutupan hutan juga dapat mempengaruhi suhu permukaan secara regional.

Dalam Laporan Khusus tentang Perubahan Iklim dan Lahan yang dikeluarkan pada 8 Agustus 2019, Intan mengatakan kajian IPCC menekankan peran hutan dan dampak deforestasi bagi target mitigasi gas rumah kaca.

Pemodelan global memperkirakan emisi netto CO2 sebesar lebih kurang 2,6 gigaton (Gt) karbon dioksida per tahun pada periode 2007 hingga 2016 berasal dari aktivitas penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan. Emisi netto ini sebagian besar disebabkan oleh deforestasi yang kemudian diimbangi oleh aforestasi atau reboisasi, dan oleh aktivitas penggunaan lahan lainnya.

Sehingga, menurut Intan, pengurangan deforestasi dan kerusakan hutan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca.

Baca juga: Presiden Brazil tuduh NGO pelaku pembakaran hutan Amazon

Saat ini, lanjutnya, inventori nasional gas rumah kaca menggunakan metode-metode yang berbeda dalam mengestimasi pelepasan dan penyerapaan CO2 antropogenik dari sektor lahan.

Kejadian kebakaran hutan yang semakin sering terjadi karena perubahan iklim, menurut Intan, perlu mendapat perhatian, terutama bagi Nationally Determined Contribution (NDC) dan realisasi target Kesepakatan Paris (Paris Agreement) untuk menekan angka kenaikan suhu global pada angka 1,5°C di atas level masa pra-industri.

Dalam Laporan Khusus tentang Pemanasan Global 1.5°C yang dirilis 2018, IPCC telah memaparkan kajian dimana dampak perubahan iklim bagi manusia akan meningkat signifikan apabila menembus angka 2°C dari level pra-industri.

Dengan menekan angka pemanasan di level itu, estimasi para ahli menunjukkan bahwa upaya tersebut dapat mengurangi dampak kenaikan suhu laut bagi lebih dari 10 juta penduduk dunia.

Baca juga: Bela Hutan Amazon, aktivis lempar cat ke Kedubes Brasil di London
 

Presiden Brazil Jair Bolsonaro menuduh organisasi nonpemerintah (NGO) melakukan pembakaran hutan hujan Amazon untuk mencoreng citra pemerintahannya setelah memangkas dana untuk mereka.

Semuanya mengindikasikan, bahwa NGO berangkat ke Amazon "untuk membakar" hutan tersebut, kata Bolsonaro melalui siaran langsung Facebook, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Pecinta lingkungan semakin geram dengan pernyataan terbaru Bolsonaro itu, dan semakin khawatir dengan sikapnya terhadap hutan hujan Amazon yang merupakan benteng utama melawan perubahan iklim.

"Ini pernyataan yang menyakitkan, pernyataan menyedihkan," kata Marcio Astrini, koordinator kebijakan umum Greenpeace Brazil. Ia menambahkan bahwa maraknya penggundulan serta pembakaran hutan Amazon sebenarnya akibat dari kebijakan anti-lingkungan presiden negara tersebut.

 Baca juga: Norwegia siap bayar pengurangan emisi 4,8 juta ton CO2 Indonesia

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019