Ini caranya juga mengurangi penggunaan devisa negara dalam menyediakan kebutuhan energi di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M Soemarno mengatakan transformasi digital dari PT Pertamina (Persero) dapat menekan biaya dan mengefisienkan operasional migas di seluruh lini bisnis.

Menurut Rini di Jakarta, Kamis, penerapan teknologi digital suatu keharusan sebagai dampak Revolusi Industri 4.0.

Rini Soemarno mengaku sangat senang dengan perkembangan digital yang dimiliki Pertamina. Alasannya, mulai dari hilir hingga hulu di Pertamina sudah bisa dikontrol dengan menggunakan teknologi digital. Dengan begitu, Pertamina bisa mengidentifikasi jika ada masalah-masalah di lapangan ataupun sektor hulu.

"Dulu di sektor hulu itu banyak pengadaan sendiri-sendiri. Akhirnya biaya operasional menjadi sangat tinggi. Dengan desentralisasi ini dan terlihat dari pusat serta mengikuti prosedur yang ada, Insya Allah Pertamina akan semakin efisien,” ujar Rini Soemarno dalam acara Pertamina Digital Expo 2019 di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta.

Rini Soemarno menjelaskan teknologi digital milik Pertamina ini bisa mengetahui jumlah cadangan minyak dan gas yang berada di blok-blok milik Pertamina. Selain itu juga, penerapan digital ini bisa membantu Pertamina untuk menghasilkan produk-produk yang bisa menekan impor minyak.

“Ini caranya juga mengurangi penggunaan devisa negara dalam menyediakan kebutuhan energi di Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan teknologi digital di sektor migas sudah sangat lazim diterapkan. Terbukti, ada beberapa kerja sama perusahaan migas dengan perusahaan digital antara lain Repsol dengan Google dan Chevron dengan Microsoft.

Hal tersebut merupakan paradigma dan model baru bisnis yang memaksa perusahaan migas tidak melakukan bisnis as-usual, namun juga harus berani berubah dengan melakukan strategi membangun ekosistem baru yang saling menguntungkan.

“Selama ini saya melihat bahwa Pertamina susah memulai berkolaborasi dengan BUMN lain, seperti Telkom dalam Digitalisasi SPBU dan pengembangan program loyalti melalui MyPertamina, yang telah disempurnakan dengan alat pembayaran LinkAja. Namun saya mengharapkan dan mendorong agar bentuk-bentuk ekosistem digital ini terus dikembangkan, tidak hanya meningkatkan value bagi perusahaan BUMN, namun juga memberikan dampak yang signifikan bagi negara dalam era Industri 4.0 ini,” kata Fajar Harry.

Sejak 2017 kolaborasi antara businees user dengan fungsi Corporate Information and Communication Technologies (CICT) di Pertamina telah menghasilkan lokakarya 133 use cases yang dikelompokkan di dalam 16 tema besar prioritas transformasi digital.

Tantangan bisnis yang semakin cepat harus dihadapi Pertamina dengan kemampuan beradaptasi secara cepat, tidak hanya dari sisi teknologi namun juga dari sisi people dan process, dengan tetap fokus pada obyektif bisnis yaitu meningkatkan produktifitas dan efisiensi biaya.

“Saya berharap Pertamina mampu untuk terus beradaptasi dengan kecepatan perkembangan inovasi teknologi digital. Tidak hanya puas pada pencapaian saat ini, karena transformasi digital adalah journey yang terus berkelanjutan dan dapat menjawab tantangan fenomena disrupsi bisnis sebagai akibat dari kondisi bisnis yang VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity). Saya yakin bahwa milenial Pertamina juga mampu berkiprah dan bersaing menghadapi tantangan VUCA dan menjadikan Pertamina makin sehat dan menjadi kebanggaan bangsa,” ujarnya.

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019