Meski China punya peluang masuk ke proyek tersebut, Indonesia perlu menghormati kesepakatan yang terlebih dahulu dibuat dengan Jepang.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan kesempatan kepada  Jepang untuk menggarap proyek kereta Jakarta-Surabaya setelah China menyampaikan minatnya untuk ikut serta mengerjakan proyek tersebut.

Ketika ditemui di Kemenko Maritim Jakarta, Selasa, Menhub mengatakan meski China punya peluang masuk ke proyek tersebut, Indonesia perlu menghormati kesepakatan yang terlebih dahulu dibuat dengan Jepang.

"Tentunya sopan santunnya kita memberikan kesempatan dulu ke Jepang. Kalau Jepang tidak memberikan 'commence' (permulaan) yang baik, baru kita lakukan (mempertimbangkan China)," katanya.

Budi  mengakui belum secara rinci mendengar keinginan China Railway Construction Corporation (CRCC) Limited untuk masuk ke proyek kereta Jakarta-Surabaya. CRCC menyampaikan minatnya untuk ikut menggarap proyek tersebut saat bertemu dengan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, Senin (2/9).

Baca juga: Pembebasan lahan Kereta Cepat Jakarta-Bandung masuki tahap akhir

Namun, Budi menyatakan keinginan China untuk menggarap proyek tersebut memang telah berulang-ulang disampaikan pihak China.

"Keinginan itu memang berulang-ulang dinyatakan. Tapi saya nyatakan bahwa Jepang ini menyediakan 'loan'. Kalau menurut saya, kita selesaikan dengan Jepang dulu tentu dengan perjanjian yang berimbang dan cepat. Kita minta itu," ungkapnya.

Budi menuturkan sejauh ini memang belum ada kesepakatan resmi yang diteken antara Indonesia dan Jepang terkait kereta Jakarta-Surabaya. Studi kelayakan (feasibility study/FS) yang dilakukan juga masih sebatas kajian awal.

"Studi kelayakan sebenarnya sudah mulai, tapi formalnya dilakukan (setelah MoU) ini. Tapi waktunya (studi kelayakan) masih relatif panjang. Mereka (Jepang) minta pembebasan tanah sama FS dua tahun. Kita minta lebih pendek, kalau bisa satu tahun," katanya.

Baca juga: Konstruksi KA Semicepat Jakarta-Surabaya dimulai 2021

Kedua negara akan menandatangani nota kesepahaman dalam satu hingga dua minggu ke depan untuk kemudian secara formal mulai melakukan studi kelayakan.

"Kamis (5/9) ini kami akan rapat di Kantor Wapres untuk membahas mengenai jadwal, cakupan, hingga segala sesuatu yang memperjelas dan mempercepat program ini," katanya.


 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019